Sukabumi (ANTARA News) - Supardi, dalam usianya yang masih 14 tahun, berat badannya sudah lebih dari 100 kilogram, sehingga ia tidak bisa berjalan karena kakinya tidak bisa menopang berat tubuhnya yang gemuk itu.

Bocah asal Kampung Cibalengbeng Desa Cibaregbeg, Kecamatan Sagaranten, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, ini hanya bisa merangkak untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Endang (58), ayah kandung Supardi ditemui di Sukabumi, Kamis, mengaku, bahwa ia dan istrinya, Upit (55), tidak pernah menyangka kalau Ujang (panggilan akrab Supardi) akan memikili badan yang sangat berat, padahal pola makan anak itu biasa saja karena keluarganya bukan tergolong orang mampu.

Ketika lahir pun, Supardi normal seperti bayi pada umumnya. Namun, ketika usianya 2,5 tahun, berat badan Supardi terus bertambah rata-rata 1 kilogram per 20 hari.

"Berat Ujang terus bertambah, bahkan pakaiannya pun tidak bisa dipakai lagi. Pada usia 10 tahun, badannya bertambah besar," kata Endang.

Akibat memiliki berat badan yang sangat berat akhirnya Ujang sejak usia Bawah Lima Tahun (Balita) tidak dapat berjalan seperti anak pada umumnya. Setiap harinya Ujang kecil hanya bisa merangkak.

Menurut dia, anaknya dalam kondisi sehat dan tubuhnya yang gemuk itu bukan karena penyakit atau pun kelainan.

"Tubuh anak saya ini memang badannya besar dan gemuk saja," tambahnya yang sehari-harinya bekerja sebagai buruh berpenghasilan Rp20 ribu sehari itu.

Kepala Puskesmas Sagaranten, dr Titin M Andadari, yang telah memeriksa Ujang, mengatakan bahwa meski Ujang menderita obesitas, namun kondisi tubuhnya sehat-sehat saja.

Ujang tidak bisa berjalan lantaran tulang pada kakinya tidak bisa menahan tubuhnya yang sangat besar itu.

"Ujang bisa disembuhkan dengan melakukan berbagai rangkaian terapi, seperti melakukan latihan fisik yang bisa mengurangi berat badannya dan mengurangi porsi makannya," katanya.

Ia menambahkan, faktor obesitas tidak hanya disebabkan oleh faktor genetika, tapi juga bisa disebabkan oleh metabolisme penderita sangat bagus dan kurangnya aktivitas penderita.

(ANT/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010