Semarang (ANTARA News) - Melati, balita berusia 4,8 tahun yang diduga terkena "atresia bilier" (saluran empedu tidak terbentuk) memerlukan bantuan untuk biaya pengobatan penyakitnya tersebut.

"Imel (sapaan akrab Melati, red.) sementara ini harus menjalani fisioterapi di RSUP dr. Kariadi Semarang untuk mengatasi gejala yang dikeluhkannya," kata ibu Imel, Meirika (32) di Semarang, Jumat.

Menurut dia, gejala-gejala penyakit Imel, di antaranya kulit berwarna kuning, buang air besar (BAB) berwarna putih, dan perut membuncit sama seperti gejala penyakit "atresia bilier".

"Kami mendengar RSUP dr. Kariadi Semarang merupakan RS rujukan untuk `atresia bilier`, karena itu kami membawa Imel ke sini dengan harapan penyakitnya dapat disembuhkan," katanya.

Ia mengatakan, pihak keluarga hanya berbekal uang sebesar Rp9 juta rupiah saat memutuskan berangkat ke Semarang untuk biaya pengobatan Imel selama di RSUP dr. Kariadi.

"Uang itu saja didapat dari hasil pengumpulan, baik secara langsung maupun lewat `face book`," kata warga Jalan Cilacap Barat Nomor 100 Belawan, Medan, Sumatra Utara itu.

Meirika mengaku pernah membawa Imel ke RSUP dr. Kariadi bertemu Prof. dr. AG Soemantri (penggagas tim cangkok hati) setahun lalu dan Imel dinyatakan terkena "atresia bilier".

Oleh karena itu, dirinya bersama suaminya, Yuli Afrizal (39) membawa kembali Imel ke RS itu pada Senin (5/4) lalu dengan harapan tim dokter dapat mengatasi penyakit tersebut.

Tim Cangkok Hati RSUP dr. Kariadi kemudian melakukan pemeriksaan dan justru menyatakan penyakit itu belum tentu "atresia bilier", sebab harus dilakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan.

Untuk mengatasi gejala yang dikeluhkan Imel sembari menunggu hasil pemeriksaan, tim dokter menempuh langkah fisioterapi selama seminggu sejak Selasa (6/4) lalu.

"Biaya fisioterapi itu kami tanggung sendiri, padahal suami saya hanya bekerja sebagai anak buah kapal (ABK). Kami nyaris putus asa mencari biaya untuk pengobatan," katanya.

Imel juga tidak dirawat inap karena pertimbangan biaya yang dikeluarkan, sehingga Meirika dan suaminya harus bolak-balik setiap hari ke RSUP dr. Kariadi untuk keperluan fisioterapi Imel.

"Kami memang tidak terdaftar sebagai peserta jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas), sehingga terpaksa membiayai seluruh pengobatan Imel secara mandiri," katanya.

Keluarga kecil itu memutuskan mengontrak rumah di Jalan Wonodri Sendang IV Nomor 4 Semarang untuk beberapa waktu Imel menjalani pengobatan, untuk mempermudah akses ke rumah sakit.

Kondisi Imel itu disesalkan oleh Ketua Tunas Indonesia Raya (Tidar) Jawa Tengah, Ulul Aufa saat mengunjungi Imel di rumah yang dikontrak pasangan suami-istri tersebut.

"Kami akan berbicara dengan RS Kariadi dan Dinas Kesehatan Jateng untuk membantu mencarikan solusi permasalahan itu, sebab kondisi Imel sangat menyedihkan," katanya.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga mengajak seluruh elemen mahasiswa di Semarang melakukan aksi turun ke jalan untuk menggalang dana bagi Imel pada Senin (12/4) mendatang. (ZLS/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010