Washington (ANTARA News) - Mesir, Senin, menyeru negara besar dunia agar menekan Iran dan Israel mengenai senjata nuklir dan mengatakan Timur Tengah mesti menjadi daerah bebas senjata penghancur massal.

Menteri Luar Negeri Ahmed Abul Gheit, yang mewakili Mesir di dalam pertemuan puncak utama di Washington mengenai keamanan nuklir, menyampaikan harapan bahwa diplomasi dan bukan sanksi akan menjauhkan Iran dari senjata nuklir.

Namun ia mengatakan apa yang disebut P5 --kelima anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB-- mesti menekan Israel sehubungan dengan penolakannya untuk bergabung dalam Kesepakatan Anti-Penyebaran Nuklir (NPT).

"Mari lah kita juga berusaha meyakinkan P5 agar membawa-serta Israel. Anda lihat, anda mungkin hari ini menghadapi dua ancaman yang muncul di Timur Tengah," kata Abul Gheit dalam acara stasiun televisi AS, "PBS Newshour".

"Kita  tak ingin Iran  bersenjata nuklir, serta kita tak ingin melihat Israel yang memiliki nuklir. Kita mengingini wilayah yang bebas senjata nuklir --dan itu dapat dilakukan," katanya.

Israel dipercaya banyak pihak memiliki senjata nuklir tapi mempertahankan kebijakan ketaksaan (ambiguity) strategis, dengan menolak mengkonfirmasi atau membantah negara itu memiliki senjata nuklir.

Iran adalah bagian dari NPT, tapi negara Barat percaya Teheran "melanggar" kesepakatan tersebut dan "memburu senjata nuklir". Negara Islam itu berkeras Iran hanya berusaha memperoleh penggunaan damai energi nuklir.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada menit terakhir keluar dari pertemuan puncak Washington tersebut. Menurut laporan, negara Yahudi itu prihatin terhadap negara Arab sementara Turki akan mengalihkan perhatian kepada Israel dan menjauh dari "musuh bebuyutannya", Iran.

Abul Gheit membantah keprihatinan Netanyahu, dan mengatakan pertemuan puncak tersebut dimaksudkan untuk menangani keamanan nuklir dan bukan secara khusus NPT.(ANT/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010