Denpasar (ANTARA News) - Para korban dugaan tindak pelecehan seksual yang dilakukan tokoh spiritual Anand Krishna "curhat" ke berbagai pihak di Bali seraya berharap masyarakat meningkatkan kewaspadaan agar peristiwa serupa tidak terulang kembali.

"Kami datang ke Bali bersama delapan korban dugaan pelecehan seksual itu untuk berbagi cerita dengan berbagai komponen, seperti LBH Apik dan tokoh spiritual Ngurah Harta," kata Agung, yang membawa para korban kepada pers di Denpasar, Rabu.

Dikatakan, pihaknya hanya memfokuskan pada masalah pelecehan seksual yang diduga dilakukan Anand Krishna terhadap bekas murid-muridnya. "Kalau masalah ajaran AK kami tahu banyak, tetapi kami tidak bicara itu. Kami lebih memfokuskan penanganan kasus pelecehaan seksual terhadap delapan mantan murid AK itu," kata Agung.

Hadir dalam kesempatan itu, dua korban pelecehan Anand Krishna, yakni Tara dan Sum yang juga memberi kesaksian bagaimana keduanya dilecehkan oleh tokoh yang sempat dikaguminya tersebut.

Menurut Agung, pihaknya sudah meminta kepolisian untuk serius menangani kasus tersebut dan kini Anand Krishna telah ditetapkan sebagai tersangka.

Tujuan mengungkap kasus ini, kata dia, tidak lain agar peristiwa serupa tidak terulang lagi di Indonesia, apalagi hal tersebut dilakukan oleh tokoh spiritual yang muridnya cukup banyak, tidak hanya tersebar di Jakarta dan Bali.

Agung khawatir terhadap kemungkinan adanya korban-korban lain yang juga mengalami pelecehan seksual, hanya saja mereka enggan melaporkan ke pihak berwajib karena malu atau merasa tidak enak.

Untuk itu pihaknya membuka posko pengaduan yang terbuka bagi siapa saja yang ingin melaporkan dugaan pelecehan seksual oleh Anand Krishna. "Sampai saat ini sudah ada delapan murid Anand yang melaporkan kepada kami, sebagian di antaranya sudah diteruskan laporannya ke Polda Metro Jaya," imbuhnya.

Agung juga menyampaikan bahwa pihaknya datang ke Bali juga ingin meluruskan isu yang beredar yang menyebutkan jika ada upaya untuk menghadang atau menyerang tokoh pluralisme itu dengan kasus pelecehan seksual.

"Kami tegaskan, latar belakang kami juga pluralis dan pengikut meditasi. Tidak mungkin kami menyerang mereka yang pluralis. Demikian pula kami tidak menyalahkan ajaran meditasi. Kami hanya persoalkan tindak pelecehan seksual itu saja," katanya menegaskan.

(T.T007/M026/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010