New York (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono pada Rabu siang waktu setempat menghadiri peluncuran prakarsa global soal kesehatan perempuan oleh Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-moon di Markas Besar PBB, New York.

Boediono, yang tiba pada Rabu pagi setelah mengikuti KTT Pengamanan Nuklir di Washington DC, hadir dalam peluncuran itu bersama sejumlah pejabat tinggi negara lainnya, termasuk PM Norwegia Jens Stoltenberg, Presiden Tanzania Jakaya Kikwete, Menlu Kanada Lawrence Cannon dan Menteri Kesehatan Amerika Serikat, Kathleen Sebelius.

Upaya global yang diluncurkan Sekjen Ban Ki-moon itu adalah Rencana Aksi Bersama dalam mempercepat kemajuan dalam mengurangki kasus kematian ibu melahirkan serta meningkatkan kesehatan bayi.

Menurut catatan PBB, jumlah perempuan yang meninggal ketika melahirkan mencapai ratusan ribu setiap tahun, sementara 10 hingga 15 juta lainnya mengalami sakit permanen atau menjadi cacat karena mengalami komplikasi.

Setelah peluncuran, Boediono akan bergabung dengan Sekjen PBB, PM Norwegia, Presiden Tanzania, Menlu Kanada dan Dirjen Badan Kesehatan Dunia memberikan keterangan pers bersama di Auditorium Dag Hammarskjold di kompleks Mabes PBB.

Wapres dan rombongan akan berangkat meninggalkan New York menuju Jakarta pada Rabu malam, menggunakan maskapai penerbangan Singapore Airlines dari Bandara Newark di New Jersey.

KTT Pengamanan Nuklir

Menyangkut KTT soal pengamanan nuklir yang berakhir sehari sebelumnya (Selasa, 12/4) dan dipimpin oleh Presiden AS Barack Obama, Wapres Boediono selaku ketua delegasi Indonesia menyatakan puas dengan kesepakatan yang dihasilkan.

KTT yang diikuti oleh para pemimpin dan pejabat tinggi dari 47 negara itu menghasilkan sebuah pernyataan bersama yang juga memuat rencana kerja bagi negara-negara peserta dalam upaya mengamankan bahan nuklir agar tidak jatuh ke tangan para teroris.

"Dengan pertemuan yang hanya 1-2 hari ini, menurut saya ini adalah hasil yang cukup menggembirakan... sudah menjadi kesepakatan bahwa kita harus segera melakukan sesuatu," kata Boediono.

Indonesia puas karena KTT tersebut tetap menghormati tiga prinsip dasar yang mengacu kepada traktat "Non Proliferation Treaty" (NPT), yaitu perlucutan senjata; penghentian penyebaran senjata nuklir; serta menghormati hak negara-negara untuk menggunakan nuklir bagi tujuan damai.

Pada KTT itu sendiri Wapres menekankan pada upaya mencegah dan memberantas terorisme nuklir.

Salah satu upaya penting yang dapat dilakukan negara-negara adalah memperkuat Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dalam kerjasama untuk menjamin keselamatan dan keamanan fasilitas nuklirnya.

IAEA, ujar Wapres, perlu terus memandu dan membantu negara-negara menerapkan berbagai instrumen internasional terkait keamanan nuklir, baik yang mengikat maupun tidak mengikat secara hukum.

Karena itu, IAEA harus didukung dengan pendanaan yang lebih kuat melalui mekanisme "Dana Keamanan Nuklir".

"Tanpa pembiayaan yang cukup, mereka (IAEA) mungkin jangkauannya (kepada negara-negara) tidak akan cukup," kata Boediono kepada wartawan.

Menurut Boediono, IAEA nantinya akan diberi mandat untuk membantu kemampuan nasional negara-negara, baik dari segi keselamatan maupun kemampuan teknologi untuk memanfaatkan nuklir bagi tujuan damai.

Pada hari terakhir kunjungannya di Washington, Boediono pada Selasa malam menjadi pembicara di forum masyarakat Amerika-Indonesia (Usindo).

Ia juga sebelumnya menyaksikan penandatanganan "Perjanjian Pendukung Investasi" oleh Kepala BKPM Gita Wirjawan dan Presiden Badan Investasi Swasta Luar Negeri AS (OPIC-Overseas Private Investment Corporation), Lawrence Spinelli.

OPIC adalah badan independen pemerintah AS, yang menyediakan asuransi bagi perusahaan-perusahaan AS terhadap resiko politik yang mengancam investasi di luar negeri, termasuk Indonesia. (TNY/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010