Aden, Yaman (ANTARA News/Reuters) - Ledakan bom mobil di Yaman menewaskan seorang pensiunan perwira angkatan darat dan melukai saudaranya, seorang kolonel, di sebuah provinsi bergolak wilayah selatan, dimana sentimen separatis menguat, kata sejumlah pejabat dan media lokal, Kamis.

Di tempat lain lagi di wilayah selatan, dua pemrotes separatis cedera ketika pasukan melepaskan tembakan untuk membubarkan protes. Ribuan orang Yaman mengambil bagian dalam demonstrasi di dua kota besar sebagai solidaritas pada oposisi selatan.

Ketegangan antara pasukan keamanan Yaman dan gerakan separatis selatan yang memprotes pemerintah Presiden Ali Abdullah Saleh meningkat dalam beberapa bulan ini, yang disertai dengan kematian sejumlah orang dan penangkapan besar-besaran.

Yaman Utara dan Yaman Selatan secara resmi bersatu membentuk Republik Yaman pada 1990 namun banyak pihak di wilayah selatan, yang menjadi tempat sebagian besar minyak Yaman, mengatakan bahwa orang utara menggunakan penyatuan itu untuk menguasai sumber-sumber alam dan mendiskriminasi mereka.

Bom mobil yang menewaskan pensiunan perwira itu merupakan serangan terakhir dari serangkaian pembunuhan di provinsi Shabwa, dimana seorang prajurit tewas ditembak di pos polisi pada 4 April, hari yang sama ketika seorang aktivis separatis dan putranya dibunuh di lahan pertanian mereka.

Sejumlah pejabat Yaman mengatakan kepada Reuters, pensiunan perwira itu tewas dalam ledakan bom yang dipasang di bawah tempat duduk di mobilnya pada Rabu malam. Saudaranya yang terluka adalah perwira yang masih aktif.

Ketegangan meningkat di Yaman selatan setelah seorang pemrotes tewas ditembak polisi pada 13 Februari. Insiden itu menyulut kerusuhan dimana separatis membakar pertokoan milik orang utara dan berusaha memblokade sebuah jalan utama.

Pihak berwenang melakukan operasi keamanan dan menangkap sekitar 180 orang di provinsi-provinsi selatan.

Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh telah mendesak rakyat Yaman tidak mendengarkan seruan-seruan pemisahan diri, yang katanya sama dengan pengkhianatan.

Negara-negara Barat dan Arab Saudi, tetangga Yaman, khawatir negara itu akan gagal dan Al-Qaeda memanfaatkan kekacauan yang terjadi untuk memperkuat cengkeraman mereka di negara Arab miskin itu dan mengubahnya menjadi tempat peluncuran untuk serangan-serangan lebih lanjut.

Yaman menjadi sorotan dunia ketika sayap regional Al-Qaeda AQAP menyatakan mendalangi serangan bom gagal terhadap pesawat penumpang AS pada Hari Natal.

AQAP menyatakan pada akhir Desember, mereka memberi tersangka warga Nigeria "alat yang secara teknis canggih" dan mengatakan kepada orang-orang AS bahwa serangan lebih lanjut akan dilakukan.

Para analis khawatir bahwa Yaman akan runtuh akibat pemberontakan Syiah di wilayah utara, gerakan separatis di wilayah selatan dan serangan-serangan Al-Qaeda. Negara miskin itu berbatasan dengan Arab Saudi, negara pengekspor minyak terbesar dunia.

Sanaa menyatakan, pasukan Yaman membunuh puluhan anggota Al-Qaeda dalam dua serangan pada Desember.

Kedutaan Besar Inggris di Sanaa juga menjadi sasaran rencana serangan bunuh diri Al-Qaeda yang digagalkan aparat keamanan Yaman pada pertengahan Desember.

Sebuah sel Al-Qaeda yang dihancurkan di Arhab, 35 kilometer sebelah utara ibukota Yaman tersebut, "bertujuan menyusup dan meledakkan sasaran-sasaran yang mencakup Kedutaan Besar Inggris, kepentingan asing dan bangunan pemerintah", menurut sebuah pernyataan yang dipasang di situs 26Sep.net surat kabar kementerian pertahanan.

Selain pemberontakan, Yaman juga dilanda penculikan warga asing dalam beberapa tahun ini. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010