Jakarta (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dijadwalkan akan menghadiri Konferensi International tentang Perlucutan Senjata di Iran pada 17 dan 18 April mendatang.

"Dalam pertemuan di Iran akan lebih terfokus pada isu perlucutan senjata dan senjata pemusnah masal. Indonesia sebagai negara anggota Non-Proliferation of Nuclear Weapons (NPT) memiliki komitmen bahwa aspek pelucutan senjata merupakan salah satu hal yg perlu diperhatikan dalam kerangka pembahasan isu nuklir," kata juru bicara Kementrian Luar Negeri, Tengku faizasyah, di Jakarta, Jumat.

Dia mengatakan, partisipasi Indonesia dalam pertemuan yang akan mengambil tema "Keamanan Dunia Tanpa Senjata Pemusnah Masal" menunjukkan bahwa Indonesia tidak saja memberi perhatian soal keamanan material nuklir seperti yang disampaikan pada KTT Nuklir di Washington DC Sabtu (10/4) lalu, tapi juga soal pelucutan senjata.

Faizasyah menyatakan, Indonesia konsisten mendukung pengembangan tekonogi nuklir untuk tujuan damai. Tapi bila pengembangan itu untuk senjata, Indonesia akan menyampaikan penolakan, siapapaun negara itu, meskipun itu negera sahabat.

"Saya rasa Iran sangat paham akan posisi kita. Indonesia mendukung Iran untuk mengembangkan nuklir untuk maksud damai tapi kalau untuk pengembangan senjata kita akan menolak," katanya.

Iran Sabtu (10/4) lalu mengumumkan akan mengadakan konferensi internasional mengenai pelucutan senjata nuklir selang beberapa hari setelah Amerika mengadakan pertemuan bertema sama di Washington DC pada 12-13 April.

Jurubicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehman-Parast, mengatakan pertemuan dua hari itu mendatangmerefleksikan bahwa Teheran akan membuka cara baru untuk menghapuskan senjata nuklir.

Sebelumnya, Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengumumkan Iran akan mengembangkan generasi baru sentrrifugal buatan dalam negeri yang dapat memproses uranium enam kali lebih cepat daripada generasi-generasi yang sebelumnya.

Keputusan ini dibuat tanpa menghiraukan peringatan internasional agar Iran tidak melanjutkan program nuklirnya yang sensitif.

(A051/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010