Jakarta (ANTARA News) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing menyatakan, sampai kini pihaknya belum menerima laporan adanya warga negara Indonesia yang menjadi korban gempa baik tewas ataupun luka di Provinsi Qinghai, China.

"Sampai kini kami belum menerima laporan dari pemerintah setempat yang menyatakan terdapat warga Indonesia yang ikut menjadi korban gempa di Qinghai," kata Kepala Fungsi Protokol dan Konsuler Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Beijing, Krishna Adi Poetranto, dalam pesannya yang disampaikan kepada ANTARA News, di Jakarta, Jumat.

KBRI Beijing, katanya, selama ini terus melakukan koordinasi dan kontak dengan Konsuler Kementrian Luar Negeri China untuk mengetahui kemungkinan adanya WNI yang menjadi korban dalam gempa yang berkekuatan 7,1 Skala Richter dan menyebabkan ribuan orang tewas.

"Kami terus melakukan koordinasi dengan Konsuler Kementrian Luar Negeri China untuk mengetahui kemungkinan adanya korban yang menimpa warga Indonesia," kata Krishna.

Menurut dia, pemerintah China melalui Konsuler Kementrian Luar Negeri selama ini melakukan praktek akan melaporkan atau memberitahu ke kedutaan besar asing di negara, jika menemukan ada warga asing menjadi korban dalam suatu bencana atau kriminalitas.

Praktek seperti itu, kata Krishna, telah berlangsung sejak lama dan seluruh kedutaan besar asing di Beijing, termasuk KBRI, juga akan mendapat perlakuan sama jika menemukan ada warga Indonesia yang mengalami musibah.

Gempa dengan kekuatan 7,1 pada skala Richter mengguncang Provinsi Qinghai, China barat-laut, Rabu pagi (14/4), demikian keterangan Pusat Jaringan Gempa China.

Dilaporkan, gempa itu mengguncang Kabupaten Yushu, Prefektur Otonomi Tibet Yushu, pukul 07:49 waktu setempat, dengan kedalaman sekitar 33 kilometer.

Pusat gempa diperkirakan berada pada 33,1 lintang utara dan 96,7 bujur timur, kata Pusat Jaringan Gempa China.

Sebelumnya, pada pukul 05:39 waktu setempat, gempa dengan kekuatan 4,7 menyentak kabupaten itu dengan kedalaman sekitar enam kilometer.
(A025/Z003/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010