Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan mengatakan, selama bulan April ada kecenderungan untuk inflasi namun tipis.

"Saya lihat April, berkencederungan inflasi tapi tipis. Kalaupun inflasi di bawah 0,2 persen, tipis, kalau deflasi nggak akan mengejutkan di bawah nol koma, jadi tipis. Tapi kecenderungan inflasi lebih tinggi," katanya.

Menurut dia, kecenderungan dari inflasi terutama di dorong oleh harga yang bergejolak dari cabe merah, cabe rawit dan bawang merah.

Ia menilai, meski sama-sama memiliki selera masakan yang pedas, namun harga cabe di Thailand dinilai cukup terkendali dibandingkan Indonesia. Menurut dia, hal ini karena perilaku masyarakat Indonesia yang berbeda.

"Orang Indonesia sukanya cabe yang masih segar, yang diulek sendiri. Berbeda di Thailand, kalau pas musim cabe banyak, maka cabe tadi disimpan, sehingga ketika cabe menjadi langka, simpanannya tadi dikeluarkan lagi dibentuk saus sambel. Jadi lebih terkendali," katanya.

Sedangkan, untuk barang yang mengalami deflasi, menurut dia, gula yang harganya cenderung mulai turun setelah sebelumnya terus meningkat.

Cabe merah dan Cabe rawit merupakan salah satu penyumbang inflasi yang cukup besar di Indonesia. Apalagi bila bulan puasa dan lebaran tiba.

Pada September 2009 misalnya, dari inflasi sebesar 1,05 persen, komoditas ini memberikan sumbangan inflasi yang cukup tinggi yaitu 0,21 persen.

Sementara itu, bila nantinya inflasi tipis, maka dalam empat bulan inflasi tahun kalender cukup rendah. Sebab, inflasi kalender (Januari-Maret) hanya sebesar 0,99 persen dan YoY 3,43 persen.

BPS baru akan mengumumkan angka perhitungan inflasi April pada 3 Mei 2009 mendatang.
(M041/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010