Jakarta (ANTARA) - Pandemi seakan menjadi hantaman besar bagi banyak sektor, termasuk industri fesyen, di mana sejumlah desainer dalam negeri pun tak mengelak bahwa pandemi cukup mengejutkan mereka dan menuntut untuk segera beradaptasi dengan tantangan-tantangan baru.

Michelle Tjokrosaputro dari Bateeq mengungkapkan, tantangan terbesarnya di awal pandemi adalah kesulitan dalam mobilitas dari Jakarta ke pusat Bateeq di Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah.

"Karena kita headquarter-nya ada di Sukoharjo, Solo, pandemi ini jadi terbatas buat mondar-mandir Jakarta-Solo. Untuk pengiriman juga kesulitan di awal," kata Michelle dalam jumpa pers virtual, Senin.

Baca juga: Batik, "sustainable fashion" hadir di Fashionlink x #BLCKVNUE JFW 2021

Baca juga: Jakarta Fashion Week 2021 hadirkan "Tribute to Barli Asmara"


Lebih lanjut, ditambah dengan desainer yang semuanya berada di Jakarta dan pemberlakuan PSBB, juga membatasinya bekerja dari kantor, sehingga koordinasi menjadi lebih menantang.

Sementara itu, duo desainer dari Cotton Ink, Ria Sarwono dan Carline Darjanto, mengatakan pihaknya sempat khawatir karena tidak bisa beraktivitas di luar. Namun, mereka merasa bahwa peran teknologi bisa membantu penjualan produk, tanpa harus ada kontak fisik.

"Kita beruntung karena kita hidup di zaman sekarang, karena didukung sama teknologi dan platform yang macam-macam. Hal ini juga membuat masyarakat Indonesia semakin aware sama local brand," kata Carline.

Menanggapi hal tersebut, desainer kondang Rinaldy Yunardi menambahkan, pandemi juga membuat desainer untuk merefleksikan diri dan karya-karyanya sebelumnya.

"Awalnya mandek karena kesedihan. Dengan diam di rumah, saya banyak mempelajari diri sendiri dan karya yang lalu. Saya juga ingin mengembangkan brand saya agar bisa menjangkau banyak orang lebih luas lagi," kata Rinaldy.

Di sisi lain, desainer Nanida Jenahara Nasution dari JENAHARA mengatakan, pandemi membuat sesama desainer membuka kolaborasi dan mendukung satu sama lain.

Menurutnya, dukungan dari sesama desainer menjadi kekuatan tersendiri untuk bisa bertahan dan terus maju di saat pandemi.

"Yang penting adalah bagaimana stay update sama yang sedang tren, dan sekarang juga adalah zamannya kolaborasi. Kita enggak bisa ingin jadi yang happening sendiri. Sama-sama bergandengan tangan untuk sukses bersama," kata Jena.

Baca juga: Jakarta Fashion Week 2021 digelar menyesuaikan era "normal baru"

Baca juga: TikTok dukung JFW 2021, kolaborasikan fesyen dengan teknologi

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020