Bekasi (ANTARA News) - Tim Detasemen Khusus 88 Mabes Polri menggelar rekonstruksi tempat kejadian perkara di kediaman tersangka teroris Haryadi (45) dan istrinya Nining, di Perumahan Narogong Indah, Kelurahan Pengasinan, Kecamatan Rawa Lumbu, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu malam.

Dalam kegiatan rekonstruksi yang berlangsung selama 3,5 jam sejak pukul 18.30 WIB hingga 22.00 WIB secara tertutup, melibatkan empat tersangka teroris berpakaian tahanan dan dua saksi.

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, kegiatan itu berisikan empat adegan kejadian di antaranya, kronologis pola perekrutan anggota, aktifitas pertemuan, dan pembicaraan antar anggota.

"Kegiatan ini bertujuan untuk menyesuaikan Berita Acara Perkara (BAP) dengan situasi di lapangan guna keperluan penyidikan petugas," ujar salah satu anggota Densus 88, di Bekasi.

Sejumlah barang bukti yang diamankan petugas dalam kegiatan itu di antaranya satu unit TV ukuran 32 inch, dan sepeda motot jenis Honda Vario merah dengan nomor polisi B 6358 SNF milik tersangka Haryadi.

Selain itu, petugas juga membawa satu unit kendaraan jenis Inova hitam milik tersangka untuk keperluan barang bukti.

Kegiatan itu juga menarik perhatian warga setempat yang berkumpul di lokasi rekonstruksi untuk menyaksikan secara langsung kegiatan itu.

Sedikitnya, enam anggota Detasemen Khusus (Densus) 88 dengan senjata lengkap bersama dengan petugas Puslabfor Mabes Polri menggelar kegiatan itu di dalam rumah dengan posisi pintu tertutup.

Usai melakukan olah TKP, petugas langsung membawa empat tersangka dan dua saksi ke Mabes Polri menggunakan sembilan mobil untuk diamankan. Sementara kegiatan itu akan kembali dilanjutkan di TKP Kampung Cijengkol, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, pada Kamis (13/5).

Sementara itu, Ketua RW setempat, Paryono, mengatakan tersangka Haryadi dalam penangkapan tersebut diduga berperan sebagai pemberi dana untuk aktifitas terorisme. "Informasi yang saya terima dari petugas, Haryadi adalah pemberi dana untuk aktifitas terorisme," katanya.

Paryono mengatakan, Haryadi bersama dengan satu istri dan dua anaknya telah tinggal di kawasan itu sejak sembilan tahun lalu. Kendati demikian, pihaknya mengaku terkejut terkait penangkapan Haryadi yang berprofesi sebagai karyawan swasta sekaligus warga terkaya di kawasan itu.

"Yang saya tahu, keluarga Haryadi sering menggelar pengajian rutin selama sepekan sekali setiap hari Sabtu. Dia (Haryadi) memang merupakan anggota dari Jamaah Ansorut Tauhid (JAT), namun pengajiannya dilakukan secara terbuka," katanya. (AFR/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010