Batam (ANTARA News) - Demonstrasi 200-an warga yang menuntut penyambungan instalasi listrik dan air ke rumah mereka di depan Kantor Otorita Batam, Senin, berlangsung ricuh.

Seorang demonstran Uba Sigalingging sempat ditarik paksa dan digotong aparat Direktorat Pengamanan Otorita Batam. Beberapa kali Singgalingging terjatuh hingga tangannya berdarah.

"Saya ini orang Indonesia juga, bukan musuh," kata Uba berteriak saat digotong petugas Ditpam.

Uba, lepas dari pengawalan polisi, sempat memanjat pagar pembatas dengan digendong para pengunjuk rasa lain.

Usai dikeluarkan dari lingkungan Otorita Batam, Uba kembali masuk ke dalam dan dengan menggunakan pengeras suara, ia pun berteriak.

"Kami beri batas waktu 1 x 24 jam, kalau tidak segera turun, kami akan mengerahkan 40.000 orang warga ruli (rumah liar)," kata Singgalingging.

Sementara itu, pengunjuk rasa lain, termasuk ibu-ibu, mendorong pagar pembatas.

"Kalau Ketua Otorita Batam tidak turun, kami yang naik," teriak seorang pengunjuk rasa.

Seorang pengunjuk rasa, Napitupulu, mengatakan bahwa sudah 10 tahun tidak mendapat aliran listrik dan air.

"Bagaimana kami hidup, kalau listrik dan air tidak ada," kata dia.

Di tempat yang sama, seorang pengunjuk rasa bernama Sulihan mengatakan, terpaksa mengebor air untuk memperoleh air bersih. Padahal mengebor air sumur dilarang Perda Batam.

Untuk penerangan rumah, ia mengatakan menggunakan lampu templok karena tidak teraliri listrik.

Hingga saat ini, 10 orang dari perwakilan pengunjuk rasa sedang dalam pertemuan tertutup dengan pejabat Otorita Batam.

Kepala Bidang Humas Otorita Batam Dendy Gustinandar menolak berkomentar.

"Nanti saja kami komentar," kata dia.

(T.Y011/A041/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010