Padang (ANTARA News) - Kegiatan ekspor komoditi kakao produksi Sumatra Barat (Sumbar) selama tahun 2009 telah menyumbang devisa bagi negara mencapai 80 juta dolar Amerika Serikat (AS).

Nilai devisa itu dihasilkan dari ekspor komoditi kakao selama 2009 yang mencapai volume 38 ribu ton, kata Gubernur Sumbar, Marlis Rahman di Padang, Senin.

Ia menyebutkan, sejak 2005 kakao telah menjadi komoditi perkebunan ekspor baru unggulan Sumbar disamping komoditi tradisional yang telah ada sebelumnya yakni kelapa sawit, karet, kulit manis dan gambir.

Diposisikannya kakao sebagai salah satu komoditi unggulan ekspor, menurut dia, diperkuat dengan perkembangan ekspor baik volume maupun nilainya yang terus mengalami peningkat dalam lima tahun terakhir.

Ia menjelaskan, pada 2005 volume ekspor kakao Sumbar masih 3.201 ton dengan nilai 3,38 juta dolar AS, lalu naik menjadi 5.653 ton senilai 5,65 juta dolar AS di 2006. Kemudian pada 2007 naik menjadi 8.111 ton dengan nilai 10,71 juta dolar AS.

Pada 2008, volume ekspor kakao Sumbar kembali meningkat menjadi 12.283 ton senilai 12,28 dolar dan di 2009 volume ekspor kakao melonjak tajam menjadi 38 ribu ton dengan nilai 80 juta, tambah Marlis.

Ia menjelaskan, meningkatnya ekspor kakao ini seiring dengan peningkatn produksi komoditi ini di Sumbar dalam lima tahun terakhir.

Peningkatan produksi adalah dampak positif dari pelaksanaan gerakan penanaman kakao pasca ditetapkannya Sumbar sebagai sentra produksi utama di wilayah Indonesia bagian Barat sejak 2005.

Pada 2005 produksi kakao Sumbar baru mencapai 14.068 ton, kemudian naik menjadi 18.721 ton pada 2006, lalu naik lagi menjadi 20.917 ton pada di 2008. Selanjutnya pada 2008 meningkat menjadi 32.376 ton dan kembali naik pada 2009 menjadi 40.988 ton. (H014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010