Denpasar (ANTARA News) - Sebanyak sembilan perupa muda Bali akan memamerkan karya mereka di Galeri Hanna Art Space di perkampungan seni Jalan Pengosekan, Ubud, Kabupaten Gianyar, mulai 29 Mei hingga 12 Juni 2010.

"Para perupa itu kebanyakan menampilkan tokoh-tokoh top superhero komik Amerika, seperti Superman, Batman, Spiderman, Hulk dan lain-lain," kata kurator Hanna Art Space Arif Bagus Prasetyo di Denpasar, Senin.

Kesembilan perupa itu adalah, Gede Darmawan, Gusti Made Adi Kurniawan, Gusti Made Mahardika, Komang Agus Dharma Putra, Komang Sedana Putra, Komang Suarnata, Wayan Linggih, Made Somadita dan Ida Bagus Tilem.

Menurut Arif, dalam pameran perupa mencitrakan karakter-karakter superhero Amerika tersebut secara "realistik" sesuai gambaran orisinal superhero dalam komik dan film, atau direpresentasikan secara simbolis.

"Yang memilih simbolis, misalnya dengan menampilkan lambang superhero tertentu, yakni dengan huruf S untuk Superman atau bentuk kelelawar untuk Batman. Ada juga yang diparodikan," katanya.

Pencitraan realistik, menurut dia, mendominasi kanvas karya Gede Darmawan, sekaligus menjadi representasi simbolis dari pilihan banyak pelukis, sedangkan parodi merajai karya-karya Komang Agus.

Arif menjelaskan bahwa pameran Superhero berangkat dari ide pada tahun lalu, ketika sejumlah pelukis muda diundang oleh Hanna Art Space untuk menciptakan karya bertema superhero. Proyek ini dimulai dengan pertanyaan sederhana yang dilontarkan kepada para pelukis terundang: "apa makna superhero? "

"Apa yang mereka bayangkan dan pikirkan saat mendengar istilah `superhero`? Para pelukis diminta memberi jawaban secara visual, dalam bentuk lukisan. Mereka dipersilakan melakukan penafsiran personal kreatif sebebas-bebasnya terhadap makna superhero," katanya.

Mereka kemudian bebas merepresentasikan apapun yang menurut mereka relevan dengan wacana superhero. Para pelukis boleh terbang bebas di langit imajinasi masing-masing, menggagas dan berbicara apapun tentang superhero.

"Proyek pameran itu sejak awal memang tidak mematok pengertian tertentu tentang istilah `superhero`. Justru sebaliknya, proyek tersebut menantang para pelukis agar berani membuka perspektif yang lebih luas dan menawarkan gagasan yang lebih segar perihal apa dan bagaimana superhero," katanya.

Tujuan utama proyek seni rupa itu adalah eksplorasi kreatif terhadap superhero sebagai salah satu fenomena budaya massa yang memiliki daya pesona mendunia pada era kontemporer saat ini.

Mengutip Richard Reynolds dalam bukunya, "Super Heroes: A Modern Mythology", figur populer yang dikenal sebagai superhero telah menjadi sosok yang tampil mencolok dalam arus-besar budaya modern.

"Superhero menghunjamkan pengaruh yang kuat dan makin besar pada masyarakat, moralitas dan politik. Begitu hebatnya pengaruh itu, hingga superhero seolah menjelma jadi mitologi modern. Mitos superhero berkembang-biak dan menyebar-luas dalam kebudayaan masa kini di muka bumi," katanya.(M026/T007)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010