Borobudur, Jawa Tengah (ANTARA News) - Banyak biksu dari Thailand membatalkan diri merayakan Tri Suci Waisak di pelataran Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, sebagai dampak konflik politik di negara dengan mayoritas penduduk beragama Buddha itu.

"Hanya sekitar 30 persen dari 150 biksu Thailand yang setiap tahun rutin merayakan Waisak di Borobudur yang akan hadir pada Waisak tahun ini," kata Ketua Dewan Pimpinan Daerah Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Jawa Tengah David Hermanjaya, usai prosesi persemayaman air suci Waisak di altar utama pelataran Candi Borobudur, di Borobudur, Senin.

Ia mengatakan, jam malam masih diberlakukan oleh pemerintah Thailand sehingga sebagian besar biksu tidak bisa melakukan perjalanan ke Indonesia untuk merayakan Waisak di Candi Borobudur.

Puncak perayaan Waisak akan jatuh pada Jumat (28/5) ditandai dengan meditasi detik-detik Waisak 2010 pada pukul 06.07.03 WIB oleh umat Buddha.

Hari Waisak merupakan perayaan tiga peristiwa suci bagi umat Buddha yakni kelahiran Sidharta Gautama, pencapaian penerangan sempurna Buddha Gautama, dan mangkatnya Sang Buddha.

Ia mengatakan, sekitar 10 ribu umat Buddha akan merayakan Waisak 2010 di candi Buddha terbesar di dunia yang juga warisan peradaban dunia itu.

Mereka, katanya, berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha.

Ia mengatakan, perayaan Waisak 2010 di Candi Borobudur secara khusus dipusatkan untuk kegiatan persembahyangan.

Pada tahun-tahun sebelumnya, selain rangkaian persembahyangan Waisak yang dipusatkan di Candi Borobudur, biasanya dilanjutkan dengan seremonial dengan dihadiri Presiden.

Seremonial atau yang mereka sebut sebagai Dharmasanti Waisak Nasional 2010 rencananya akan dilakukan di arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta, dengan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 30 Mei.

"Presiden sebenarnya ingin hadir di Borobudur untuk perayaan itu tetapi pada waktu yang sama sedang kunjungan ke luar negeri," katanya.
(U.M029/S018/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010