bagaimana sikap media dan humas harus saling berkolaborasi
Jakarta (ANTARA) - Buku terbaru dari praktisi komunikasi Firsan Nova dan sejumlah rekannya yakni Crisis Public Relations atau Crisis PR mengupas cara mengatasi krisis reputasi dan citra dengan pendekatan populer.

"Hadirnya buku ini menjadi semacam oase akademis untuk melihat krisis yang muncul dari pandemi COVID-19. Bisa dibilang buku Crisis PR ini menjadi salah satu buku rujukan berbahasa Indonesia paling lengkap yang membahas krisis public relations atau humas, termasuk juga bagaimana solusi menghadapi krisis akibat pandemi seperti sekarang,” ujar Firsan dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Buku tersebut ditulis Firsan Nova bersama dengan Dian Agustine Nuriman dan Mohammad Akbar. Firsan dan Dian merupakan praktisi PR yang telah banyak menangani berbagai persoalan krisis komunikasi. Sementara Akbar adalah jurnalis dari media nasional yang juga pemegang gelar master di bidang ilmu komunikasi.

Baca juga: Iprahumas siapkan buku tentang kehumasan

Secara umum, buku setebal 428 halaman itu menghadirkan enam chapter dengan total 16 bab. Firsan menambahkan buku tersebut tidak sekadar menghadirkan teori-teori komunikasi saja tapi diperkuat dengan studi kasus yang sebagian besarnya berangkat dari pengalaman para penulisnya.

Penulis lainnya, Dian Nuriman, mengaku sangat tertantang untuk menuangkan pengalamannya melalui tulisan. Ia juga menyadari kerja humas itu sangat identik dengan kerja perempuan.

"Tapi justru kaum pria yang mendominasi untuk terlibat langsung ketika menangani krisis PR atau humas pada sebuah perusahaan, terutama saat berhadapan langsung dengan khalayak di lapangan,” kata Dian.

Dian juga mengatakan kekuatan dari buku itu adalah menguliti secara detail hal-hal mendasar dari komunikasi publik, aktivitas humas, strategi pemetaan isu, bagaimana menangani konflik hingga usaha melakukan proses pendekatan ketika krisis terjadi.

"Semuanya dilengkapi dengan contoh-contoh yang relate dan sudah terjadi di sekitar kita,” kata wanita yang sedang menjalankan pendidikan Doktor Ilmu Komunikasi itu.

Baca juga: Profesi kehumasan hadapi tantangan berat

Penulis lainnya, Mohammad Akbar, menambahkan kekuatan dari buku itu dengan menggunakan pendekatan penulisan populer serta bercerita. Di dalam buku ini, ia juga memaparkan relasi yang terjadi antara kerja jurnalistik dan aktifitas mengembalikan reputasi serta citra yang terusik akibat krisis humas.

"Buku ini menjelaskan bagaimana sikap media dan humas harus saling berkolaborasi secara profesional untuk mengatasi krisis. Tanpa media maka upaya memulihkan krisis sangat sulit. Begitu juga, tanpa kehadiran profesional humas maka krisis yang muncul tidak akan bisa diatasi,” jelas Akbar.

Buku Crisis PR yang terbit itu sesungguhnya melengkapi dari buku berjudul sama yang ditulis oleh Firsan Nova pada 2009. Tambahan dalam edisi terbaru itu diantaranya membahas konflik, resolusi konflik, engangement dan pendapat mendalam dari para praktisi PR papan atas Indonesia. Sejak terbit kali pertama pada 2009, buku ini telah dikutip lebih dari 700 penelitian yang dipublikasikan oleh jurnal ilmiah, baik nasional maupun internasional.

Baca juga: Praktisi kehumasan apresiasi Buku "The PR 2"

Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020