Jakarta (ANTARA) - Masa pandemi COVID-19 merupakan suatu pengalaman baru yang membuat umat manusia harus kreatif dan belajar untuk berpikir positif dalam masa-masa ketidakpastian.

Selama hampir setahun, masyarakat juga harus beradaptasi dengan berbagai kebiasaan baru di berbagai sektor, termasuk mencari jalan yang berliku untuk bertahan hidup.

Namun, situasi pandemi rupanya tidak mengurangi minat masyarakat untuk melakukan investasi dan meraih keuntungan, termasuk dalam instrumen portofolio keuangan seperti saham.

Bagi yang mempunyai nyali dan menyukai risiko tinggi, saham selalu menjadi pilihan yang menarik, asalkan investor sudah mempunyai edukasi dan pengalaman untuk meraih cuan di pasar keuangan.

Pergerakan pasar modal yang bergairah di 2020, dengan sebanyak 51 perusahaan baru mencatatkan saham di bursa, selalu menjadi daya tarik tersendiri, meski sentimen COVID-19 selalu menghantui.

Instrumen portofolio lainnya seperti Surat Berharga Negara (SBN) ritel bisa menjadi opsi ideal bagi kalangan kelas menengah, terutama generasi muda, yang ingin mencari petualangan baru di rimba investasi.

SBN ritel merupakan sarana instrumen obligasi yang ditawarkan kepada individu atau perseorangan WNI dengan kupon kompetitif yang dijamin oleh pemerintah.

Bagi generasi muda yang baru melek dalam perencanaan keuangan, sarana ini menjanjikan karena lebih stabil dalam jangka menengah dengan tingkat risiko rendah, berbeda dengan saham.

Sejak lama pemerintah sudah menyiapkan strategi untuk mengakomodasi semangat berinvestasi masyarakat dengan menyiapkan SBN ritel dalam bentuk Surat Utang Negara (SUN) maupun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).

Jenis SBN ritel yang ditawarkan tersebut antara lain Savings Bond Ritel (SBR), Sukuk Tabungan (ST), Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel (SR).

Penerbitan SBN ritel juga telah dipasarkan dalam bentuk online (e-SBN) sejak 2018 untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses layanan transaksi secara digital.

Di sisi lain, SBN ritel bisa menjadi wadah kontribusi warga negara untuk membangun negeri karena hasil penerbitannya dapat dimanfaatkan untuk menyejahterakan bangsa melalui APBN.

Dengan keberadaan instrumen ini, masyarakat secara tidak langsung dapat terlibat dalam pembiayaan pemerataan pembangunan, pendidikan, serta penanganan kesehatan di Indonesia.

Situasi tersebut tentunya juga menguntungkan pemerintah yang membutuhkan pembiayaan untuk menutup defisit dalam APBN, terutama dalam kondisi pandemi COVID-19.

Milenial

Dalam kondisi pandemi, instrumen ini jelas menjadi alternatif investasi yang aman karena dijamin oleh UU, terhindar dari risiko gagal bayar dan menguntungkan dengan imbal hasil yang bersaing.

Sepanjang tahun 2020, pemerintah telah menerbitkan enam SBN ritel online, antara lain SBR009 pada Februari, SR012 pada Maret, ORI017 pada Juni-Juli dan SR013 pada Agustus.

Kemudian, ORI018 pada Oktober, ST007 yang merupakan instrumen pembiayaan hijau pada November, serta Cash Waqf Linked Sukuk Ritel SWR001 yang terbit pertama kali pada Oktober-November dengan sistem offline.

Total dari penerbitan enam SBN ritel ini yaitu SBR009, SR012, ORI017, SR013, ORI018, ST007 dan Cash Waqf SWR001, pemerintah telah menyerap jumlah dana sebanyak Rp76,93 triliun.

Dari penjualan SBN ritel di 2020, pemerintah menyerap dana terbanyak dari penerbitan sukuk ritel SR013, yaitu sebesar Rp25,67 triliun atau tertinggi sepanjang penerbitan SBN ritel online sejak 2018.

Dari penerbitan tersebut, sebagian besar mampu menarik animo yang tinggi dari generasi muda, terutama milenial kelahiran 1980-2000, meski pemesan terbesar masih didominasi oleh generasi baby boomers.

Sejak penerbitan secara online pada 2018, jumlah investor milenial melonjak drastis rata-rata hampir mencapai 50 persen, dari sebelumnya hanya 6 hingga 20 persen.

Partisipasi generasi milenial selalu mendominasi pembelian SUN ritel pada 2020 yaitu untuk SBR009, ORI017, dan ORI018 dengan rata-rata mencapai 43,1 persen dari total investor.

Dominasi generasi milenial juga terlihat dari data pembelian SBSN ritel untuk SR012, SR013 dan ST007 yang rata-rata mencapai 38,4 persen dari jumlah investor.

Salah satu catatan penting adalah adanya peningkatan partisipasi dari generasi Z, atau kelahiran diatas 2000, yang memperlihatkan tingginya kesadaran untuk berinvestasi sejak dini.

Terdapat momentum yang menjadi penyebab generasi milenial tertarik untuk berinvestasi di SBN ritel, salah satunya karena tingginya penggunaan gadget di kalangan muda.

Saat ini, sistem SBN ritel online sangat relevan dengan karakteristik generasi milenial yang ingin memperoleh akses maupun membeli produk kapanpun dan dimanapun.

Faktor plus lainnya adalah nilai minimal investasi yang terjangkau bagi investor pemula yaitu Rp1 juta. Jumlah ini cukup memadai bagi anak-anak muda yang telah berpenghasilan tetap.

Untuk memancing minat, pemerintah juga sering mengundang artis, publik figur maupun influencer yang telah mempunyai perencanaan keuangan dan pakar finansial untuk memberikan edukasi tentang investasi.

Dengan strategi yang tepat, pemerintah cukup optimistis bahwa SBN ritel dapat tumbuh pesat seiring dengan peningkatan literasi keuangan serta kesadaran masyarakat untuk ikut membangun negeri.

Untuk itu, pemerintah merencanakan penerbitan tujuh seri SBN ritel pada 2021, yaitu ORI019 pada Januari, SR014 pada Februari, SWR002 pada April, SBR010 pada Juni, SR015 pada Agustus, ORI020 pada September dan ST008 pada November.

Meski demikian, hal penting dalam berinvestasi harus dipahami oleh kaum milenial yaitu jangan sampai dana yang dikeluarkan sampai mengganggu pengeluaran rutin serta mempengaruhi tingkat pendapatan secara berlebihan.

Tentunya, berinvestasi juga harus dilakukan secara bijak dengan tidak menoleransi adanya risiko likuiditas terlalu tinggi dan menciptakan potensi terjadinya gagal bayar.

Baca juga: Lelang SUN tambahan serap Rp15,5 triliun
Baca juga: Kemenkeu: 50,8 persen investor obligasi ritel dari generasi millenial
Baca juga: Ternyata kelompok milenial Papua Barat banyak jadi investor pasar modal



 

Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021