Jakarta (ANTARA) - Twitter mengakuisisi layanan email Revue yang memungkinkan penulis menerbitkan buletin.

Langkah itu memungkinkan Twitter memanfaatkan basis penggunanya yang terdiri dari penulis, jurnalis, dan penerbit yang secara teratur menggunakan layanan tersebut untuk menjangkau pembaca dan mengembangkan audiens mereka.

"Dengan komunitas penulis dan pembaca yang kuat, Twitter diposisikan secara unik untuk membantu organisasi dan penulis mengembangkan jumlah pembacanya lebih cepat dan pada skala yang jauh lebih besar daripada di mana pun," jelas pimpinan produk Twitter Kayvon Beykpour, dikutip dari The Verge, Rabu.

Baca juga: Twitter buka akses API untuk peneliti akademik

Baca juga: Twitter luncurkan program cek fakta Birdwatch


"Sasaran kami adalah memudahkan mereka terhubung dengan pelanggan, sekaligus membantu pembaca menemukan penulis dan konten mereka dengan lebih baik," dia melanjutkan.

Akuisisi Revue oleh Twitter juga menempatkannya dalam persaingan langsung dengan Substack, layanan buletin email yang semakin populer belakangan ini.

Sejumlah jurnalis terkenal bahkan telah meninggalkan perusahaan media tradisional mereka untuk memulai buletin berbayar di Substack.

Substack meluncurkan fitur pembaca untuk layanan buletinnya pada Desember, dan telah berjanji untuk mengambil pendekatan yang cukup santai untuk moderasi konten pada layanannya.

The New York Times melaporkan bahwa Twitter bahkan mendiskusikan akuisisi Substack pada November, namun salah satu pendiri Hamish McKenzie menjelaskan bahwa kesepakatan itu tidak akan terjadi.

Twitter saat ini membuat fitur Revue Pro gratis untuk semua akun. Hal ini menjadi upaya untuk menarik lebih banyak penulis ke Revue.

Revue awalnya didirikan pada 2015 di Belanda, dan memiliki enam karyawan.

Twitter berencana untuk terus mengoperasikan Revue sebagai layanan mandiri.

"Kami akan terus berinvestasi di Revue sebagai layanan mandiri, dan timnya akan tetap fokus pada peningkatan cara penulis membuat buletin mereka, membangun audiens mereka dan mendapatkan bayaran untuk pekerjaan mereka," kata Beykpour.

"Seiring waktu, tim ini akan membangun lebih banyak pengalaman menemukan, membaca dan melakukan percakapan yang berpusat pada konten bentuk panjang di Twitter," dia menambahkan.

Baca juga: Percakapan populer di medsos: drakor hingga film lokal

Baca juga: Karyawan Twitter kunci akun khawatir diserang pendukung Trump

Penerjemah: Arindra Meodia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2021