El-Arish, Sinai Utara (ANTARA News) - Organisasi relawan "Medical Rescue Commite" (MER-C) Indonesia menjajaki kemungkinan menggabungkan dana yang diamanahkan kepada mereka dari rakyat dengan dana Pemerintah Republik Indonesia (RI) untuk mewujudkan pembangunan sebuah rumah sakit (RS) permanen di Jalur Gaza, Palestina.

"Saya dan dr Jose Rizal Jurnalis, Sp.OT (Presidium MER-C), sudah berdiskusi untuk kemungkinan (penggabungan dana) itu, sehingga ada RS baru di Gaza, karena RS As-Shifa yang digempur Israel kondisinya juga memprihatinkan, sehingga perlu ada RS permanen yang baru untuk perawatan dan pelayanan kesehatan," kata Ir Faride Thalib, staf logistik MER-C kepada ANTARA News di El-Arish, ibukota Sinai Utara, kota terdekat yang berjarak 40 Km menuju Rafah, perbatasan Mesir-Palestina, Selasa.

Ia adalah satu-satunya staf yang tidak masuk ke Gaza --meski sudah mendapat izin masuk--dan tetap tinggal di Kairo dan El-Arish, karena harus mengkoordinasikan bantuan yang akan dikirim seperti mobil ambulan dan obat-obatan, serta menyiapkan fasilitasi bagi tim ketiga MER-C, yang terjadwal akan datang ke Kairo pada 22 Januari nanti.

Sedangkan empat relawan lainnya, yakni dr Jose Rizal Jurnalis, SpOT, dr Indragiri, SpAN, dr Syarbini Abdul Muradz dan Moh Mursalim (logistik), telah berada di RS Shifa Kota Gaza, sejak mereka berangkat dari Rafah pada 18 Januari lalu.

Dalam diskusi itu, kata dia, wacana penggabungan dana itu menguat setelah diketahui layanan kesehatan di Gaza cukup memprihatinkan, sehingga diperlukan RS tambahan, apalagi banyak korban yang mesti diberikan perawatan.

Ditambahkannya bahwa wacana itu, saat disampaikan kepada Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Mesir Abdurrahman Mohammad (AM) Fachir juga mendapat sambutan yang baik. "Itu ide yang sangat baik," katanya mengutip pernyataan Dubes.

Hingga Selasa ini, kata dia, penerimaan donasi Palestina yang diterima MER-C Indonesia jumlahnya mencapai Rp8.359.454.442, dengan rincian di Bank Syariah Mandiri (BSM) Rp2.640.322.760, Bank Muammalat Indonesia (BMI) Rp1.424.058.732, BCA Rp2.654.325.600, donatur langsung Rp776.348.600, SMS donasi Rp864.396.750.

Rincian untuk mata uang asing, 33.325 USD, 3.011 Real, 145 Yuan, 58 Pound Mesir, 12 Ringgit Malaysia, 1 koin Dinar, 1000 Yen, 2000 Euro, 500 Bath, sedangkan bantuan harta benda sebuah buah telepon genggam Nexian, tujuh buah cincin emas, tiga buah cincin biasa dan empat buah jam tangan.

Total bantuan kemanusiaan dari Indonesia, semula hanya dua ton obatan-obatan dan uang tunai Rp2 milar. Namun, dalam perkembangannya kemudian meningkat menjadi 1 juta dolar AS atau Rp11 miliar dan itu sesuai dengan yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Bantuan tahap pertama dari Indonesia telah disampaikan langsung kepada Menkes Palestina dr Fathi Abu Moughli di Amman, Yordania (3/1), berupa dua ton obat-obatan senilai Rp300 juta dan uang tunai Rp1 miliar.

Bantuan yang diserahkan kepada Menkes Palestina dr Fathi Abu Moughli itu kemudian disalurkan ke Jalur Gaza lewat Tepi Barat. Namun karena untuk masuk Gaza lewat pintu perbatasan Yordania harus melalui wilayah Israel, maka tim kemanusiaan bersama sejumlah wartawan Indonesia yang meliput gagal masuk langsung ke Gaza akibat kondisi itu.

Selanjutnya bantuan tersebut mesti dibawa atas kerja sama dengan LSM milik Raja Yordania "Jordan Hashemite Charity" sebagai satu-satunya lembaga yang selama ini mendapat izin Israel untuk bisa masuk ke Gaza melalui wilayah Israel.

Kemudian, bantuan tahap kedua diserahkan ke Rafah, perbatasan Mesir-Palestina sebesar Rp2,1 miliar, yakni dari pemerintah Rp700 juta, MER-C Rp900 juta dan BSMI Rp500 juta, berupa obat-obatan dan ambulan, yang diterima oleh Faiz Hasunah (25), perwakilan warga Gaza.

Ketua Delegasi Tim Kemanusiaan Indonesia untuk Palestina, dr Rustam S Pakaya, MPH --yang juga Kepala Pusat Pengendalian Krisis Depkes--menjelaskan bahwa setelah bantuan tahap pertama dan kedua sudah disampaikan, kini bantuan tahap ketiga, dari total komitmen bantuan senila 1 juta dolar AS akan segera disiapkan. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2009