Seruan kami adalah untuk kembali sepenuhnya ke keadaan sebelumnya dengan penghormatan terhadap peran penting Daw Aung San Suu Kyi
Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Filipina Teodoro Locsin menyerukan pembebasan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, yang digulingkan dan ditahan dalam kudeta militer yang memicu aksi protes di negara Asia Tenggara itu.

“Seruan kami adalah untuk kembali sepenuhnya ke keadaan sebelumnya dengan penghormatan terhadap peran penting Daw Aung San Suu Kyi,” demikian pernyataan Filipina usai pertemuan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) mengenai Myanmar, Selasa (2/3).

Mengutip pernyataan tersebut, Rabu, Filipina mengakui peran Suu Kyi sebagai “pemersatu” di negaranya, demikian pula peran militer untuk menjaga keutuhan wilayah dan keamanan nasional Myanmar.

Dalam hal ini, Filipina menyatakan selalu berdiri di sisi Myanmar yang berupaya menghadapi tantangan etnis serta perjuangan menuju demokrasi yang lebih penuh.

“Ini seharusnya tidak berhenti sekarang. Memang, lebih dari sebelumnya kita harus lebih banyak membantu,” kata Locsin, merujuk pada negara anggota ASEAN lainnya.

Menyebut ASEAN sebagai “satu keluarga”, Locsin menegaskan bahwa krisis yang tengah dialami Myanmar juga dirasakan oleh anggota perhimpunan itu.

Untuk itu, Filipina mendukung dilaksanakannya dialog antara pihak-pihak yang berkonflik di Myanmar, guna memastikan nasib negara itu.

“Anggota ASEAN lainnya harus mendukung Myanmar, siap memberikan bantuan apa pun yang diminta oleh rakyat dan pemerintah Myanmar,” kata Menlu Locsin.

Militer Myanmar merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih yang dipimpin Suu Kyi, atas tuduhan kecurangan dalam pemilu November tahun lalu.

Suu Kyi dan sejumlah pimpinan partai pemenang, Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), ditahan sampai saat ini.

Kudeta itu telah memicu unjuk rasa oleh berbagai lapisan masyarakat di Myanmar, yang menentang kekuasaan militer dan menuntut pengembalian kekuasaan kepada pemerintah sipil.

Belakangan, unjuk rasa damai berubah menjadi kerusuhan karena penggunaan kekerasan oleh aparat keamanan setempat.

Berdasarkan laporan Reuters, sedikitnya 21 pengunjuk rasa telah tewas sejak kerusuhan dimulai sebulan lalu, sedangkan pihak tentara mengatakan satu polisi tewas.


Baca juga: ASEAN serukan solusi damai untuk penyelesaian krisis Myanmar

Baca juga: Soroti prinsip non-intervensi, RI dorong restorasi demokrasi Myanmar


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2021