Jakarta (ANTARA) - Empat anak muda Indonesia keluar sebagai pemenang kompetisi ‘Social DigiThon’ yang digelar oleh Uni Eropa (EU) untuk menjembatani informasi digital dan teknologi dengan solusi masalah sosial dan hak asasi manusia terutama di tengah pandemi.

Dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat, kompetisi yang digelar tahun ini mengangkat tema “Aksi Muda untuk Perubahan” digelar oleh Delegasi Uni Eropa di Jakarta bekerja sama dengan Asosiasi Internet of Things (IoT) Indonesia (ASIOTI).

“Melalui kompetisi ini kami ingin menciptakan kaitan antara informasi digital, teknologi, serta solusi terhadap masalah sosial dan hak asasi manusia yang muncul akibat pandemi COVID-19,” kata Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Picket dalam acara pengumuman pemenang.

Dia juga mengatakan bahwa melalui kompetisi tersebut, pihaknya berniat untuk membangun hubungan yang lebih dekat dengan generasi muda Indonesia.

“Kami menerima respon yang luar biasa dari anak muda yang menggunakan kreativitas dan pemikiran kritis mereka untuk memecahkan masalah kehidupan nyata di lingkungan mereka sendiri dengan solusi yang diciptakan sendiri,” tambahnya.

Pemenang pertama dari kompetisi itu yakni proyek Gelang Anti Kekerasan dari Tim DikaEuy yang dipimpin M Sulthan Mazaya yang menciptakan solusi perlindungan bagi perempuan dan anak-perempuan dengan menghubungkan gelang dengan aplikasi protokol keselamatan darurat.

Ada pula Tim Untuk Ibu pimpinan Jones Napoleon Autumn dengan proyek Untuk Ibu: Pusat Kesehatan dan Jurnal Pendamping Kehamilan Wanita Indonesia menjadi pemenang kedua, dan Tim Yudis Thiro Kabul Yunior dan Fattaa Septian Dwi Cahyo dengan inovasi DTRON Smart Chair yang menyediakan solusi bagi penyandang disabilitas, serta Tim Solutioner pimpinan Alfan Adi Chandra dengan Aplikasi E-Learning untuk Penyandang Disabilitas, Sensorik Berbasis Artificial Intelligence masing-masing menjadi pemenang ketiga.

Para pemenang berhak mendapatkan dukungan dana untuk mewujudkan gagasan mereka menjadi kenyataan. Pemenang pertama mendapatkan 50 juta rupiah, sementara pemenang kedua meraih pendanaan 30 juta rupiah dan masing-masing pemenang ketiga mendapatkan 20 juta rupiah.

Keempat pemenang juga akan mengikuti program mentoring yang dipimpin oleh para ahli dari Uni Eropa.

Komisioner Komnas Perempuan, Andy Yentriyani, sebagai salah satu dewan juri mengatakan bahwa pihaknya mencari gagasan yang membawa solusi yang betul-betul dibutuhkan oleh kelompok rentan guna memudahkan kehidupan mereka di tengah situasi pandemi.

“Selain dampaknya harus nyata dalam melindungi, meningkatkan harkat, dan menciptakan inklusivitas bagi sasaran penggunanya, solusi ini tidak boleh menciptakan masalah baru akibat penggunaannya,” tegasnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal ASIOTI, Fita Indah Maulani berharap agar para pemenang dapat terus mengembangkan solusi yang telah mereka ciptakan, “sehingga bisa segera dirasakan dampak positifnya secara langsung oleh masyarakat.”

Baca juga: Digitalisasi buka peluang berkarya dan semakin inklusif

Baca juga: Surge , ciptakan inovasi dan solusi di era kompetisi solusi digital

Baca juga: Inovasi mahasiswa IPB raih juara satu kompetisi riset dan teknologi

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021