Jakarta (ANTARA) - Kebijakan asuransi COVID-19 kini ikut bergabung dengan paspor dan tabir surya sebagai syarat pokok liburan, menciptakan peluang bagi perusahaan asuransi karena lebih banyak negara memerlukan perlindungan wajib jika pengunjung jatuh sakit akibat virus corona.

Pemesanan maskapai penerbangan meningkat di beberapa daerah, mendorong harapan akan kebangkitan lalu lintas di musim liburan, tetapi juga meningkatkan kekhawatiran di tujuan wisata jika para wisatawan terpapar virus.

Baca juga: Tips wisata di kala pandemi menurut Nicholas Saputra

Lebih dari selusin negara dari Aruba hingga Thailand mewajibkan asuransi COVID-19 untuk pengunjung sebagai pertimbangan perlindungan, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Pasar untuk semua jenis perlindungan perjalanan COVID-19 diperkirakan antara 30 miliar dolar hingga 40 miliar dolar per tahun, menurut konsultan asuransi perjalanan Robyn Ingle, dengan perkiraan dari perusahaan asuransi seperti AXA dan AIG.

Tetapi lonjakan permintaan untuk cakupan COVID-19 juga berarti perusahaan asuransi dapat menghadapi pembayaran besar jika gelombang infeksi lain menyebabkan sejumlah besar pembatalan atau turis jatuh sakit.

"Asuransi perjalanan dan layanan perlindungan meningkat sejalan dengan perjalanan saat dilanjutkan," kata Dan Richards, kepala eksekutif untuk risiko perjalanan dan perusahaan manajemen krisis Global Rescue.

Manfaat asuransi COVID-19 biasanya mencakup perawatan (yang besarnya tergantung dari kebijakan masig-masing perusahaan asuransi), dan dapat mencakup biaya pengujian dan layanan virus corona seperti evakuasi atau penguburan atau kremasi setempat.

Baca juga: Indah Kalalo promosikan keindahan Nusa Penida

Manfaat ini, yang diperkenalkan oleh perusahaan asuransi pada pertengahan tahun 2020, dijual sebagai tambahan atau sebagai polis terpisah dengan pertanggungan untuk penyakit atau karantina.

Jeremy Murchland, presiden perusahaan asuransi perjalanan yang berbasis di Amerika Serikat, Seven Corners, mengatakan para pelancong sekarang lebih memilih untuk mengasuransikan perjalanan mereka, karena lebih banyak negara memerlukan perlindungan COVID-19.

Paket asuransi perjalanan yang mencakup perlindungan perjalanan, perlindungan biaya medis untuk COVID-19 dan perlindungan bagasi dan barang pribadi biasanya berharga 4 persen hingga 8 persen dari nilai dolar perjalanan, kata Murchland.

Sementara pandemi telah menghantam pariwisata, permintaan akan pertanggungan telah menciptakan peluang bagi industri asuransi yang telah terpukul dan menjadi ceruk baru untuk mengembangkan produk, tambah Murchland.

Misalnya pada bulan Juni, Seven Corners memperkenalkan rencana perjalanan medis opsional dengan cakupan biaya virus korona, kata Murchland. Pada akhir tahun, produk dengan cakupan virus korona menghasilkan sekitar 80 persen dari total penjualan rencana perjalanan medis.

Seven Corners juga mengalami kenaikan 20 persen pada wisatawan yang membeli kebijakan "batal karena alasan apa pun" dengan harga tinggi pada tahun 2020. Kebijakan tersebut mencakup biaya pembatalan terkait dengan virus.

Beberapa negara telah mengamanatkan asuransi perjalanan untuk pengunjung yang masuk - baik dengan memasukkannya ke dalam biaya masuk atau visa mereka atau dengan meminta bukti pertanggungan, kata perusahaan asuransi World Nomads.

Sementara itu Yordania sedang mengevaluasi apakah akan memerlukan biaya tetap wajib bagi pengunjung sebagai bagian dari program dari Penyelamatan Global dan Dewan Ketahanan Perjalanan dan Pariwisata Global, kata ketua bersama dewan Taleb Rifai. Program yang menelan biaya hingga 100 dolar per orang ini mencakup bencana dan penyakit tertentu seperti COVID-19.

Namun Biro Pariwisata Yordania tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar.

Frank Comito, penasihat khusus Asosiasi Hotel dan Pariwisata Karibia, mengatakan beberapa pelancong beranggaran terbatas mengeluh tentang cakupan wajib ini. Dan beberapa negara dapat menghentikan atau melonggarkan persyaratan saat wilayahnya mulai minim kasus COVID-19.

Rifai, mantan sekretaris jenderal Organisasi Pariwisata Dunia PBB, mengatakan dia mengharapkan negara-negara akan terus membutuhkan perlindungan karena vaksin "akan memakan waktu bertahun-tahun" untuk diluncurkan secara global.


Baca juga: Prediksi tren wisata 2021, "staycation" hingga "roadtrip"

Baca juga: Siap "traveling" dengan pesawat, perhatikan 8 hal ini

Baca juga: Kampanyekan hidup sehat, Citilink gelar "Citilink Traveling Sehat"

 

Penerjemah: Maria Rosari Dwi Putri
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2021