Jika Fed tidak akan melakukan pengetatan, itu sangat 'bullish' untuk aset-aset berisiko
New York (ANTARA) - Saham-saham Asia diprediksi mencatat keuntungan moderat pada Kamis, setelah Federal Reserve berjanji untuk menjaga kebijakan moneter dan suku bunga tidak berubah serta memproyeksikan kenaikan pesat dalam pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat tahun ini ketika krisis COVID-19 mereda.

Indeks berjangka Nikkei 225 Jepang naik 0,12 persen dan indeks berjangka Hang Seng Hong Kong naik 0,68 persen. Namun, indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,10 persen pada awal perdagangan, sementara indeks berjangka E-mini untuk S&P 500 naik 0,08 persen.

Sementara inflasi diperkirakan akan mencapai 2,4 persen tahun ini, di atas target bank sentral 2,0 persen, Ketua Fed Jerome Powell menyebutnya sebuah lonjakan sementara yang tidak akan mengubah janji Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol.

"Jika Fed tidak akan melakukan pengetatan, itu sangat bullish untuk aset-aset berisiko," kata Teresa Kong, kepala pendapatan tetap dan manajer portofolio di Matthews Asia, dikutip dari Reuters. "Kita seharusnya akan melihat reli ringan pada aset-aset dan mata uang Asia."

The Fed memproyeksikan ekonomi AS akan tumbuh 6,5 persen tahun ini - pertumbuhan PDB tahunan terbesar sejak 1984 - sebagian berkat stimulus fiskal federal yang besar dan optimisme seputar keberhasilan vaksin virus corona.

"Ini agak mengejutkan ... bahwa secara resmi pemerintah Amerika Serikat percaya akan tumbuh lebih cepat daripada yang diyakini pemerintah China akan pertumbuhan tahun ini," kata Christopher Smart, kepala strategi global di Barings Investment Institute di Boston, menyebutnya sebagai "momen penting bagi investor."

S&P 500 ditutup pada rekor tertinggi dan Dow Jones Industrial Average ditutup di atas 33.000 poin untuk pertama kalinya pada Rabu (17/3/2021), didukung oleh perkiraan ekonomi Fed yang kuat dan komentar Powell bahwa terlalu dini untuk membahas langkah-langkah pengurangan.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 0,58 persen, sedangkan S&P 500 naik 0,29 persen. Indeks Komposit Nasdaq naik 0,4 persen dan masih merosot sekitar 4,0 persen dari penutupan tertinggi 12 Februari.

Baca juga: Wall Street ditutup menguat pascakeputusan Fed, Dow tembus 33.000 poin

Indeks STOXX 600 pan-Eropa kehilangan 0,45 persen dan indeks MSCI yang melacak saham-saham di seluruh dunia naik 0,22 persen. Sementara pasar saham negara-negara berkembang kehilangan 0,46 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang dijadikan acuan, terakhir turun menjadi 1,6462 persen.

Indeks dolar melemah 0,5 persen menjadi 91,405 setelah komentar Fed. Euro naik 0,7 persen terhadap dolar menjadi 1,1978 dolar AS. Terhadap yen, dolar turun 0,1 persen menjadi 108,87 yen. Dolar Australia naik 0,08 persen terhadap greenback pada 0,780 dolar AS.

Baca juga: Dolar AS tergelincir setelah Fed pertahankan suku bunga mendekati nol

Minyak tergelincir untuk hari keempat pada Rabu (17/3/2021), terbebani oleh meningkatnya persediaan minyak mentah AS dan oleh ekspektasi permintaan yang lebih lemah di Eropa, di mana peluncuran vaksin goyah.

Minyak mentah Brent ditutup 39 sen atau 0,6 persen lebih rendah, pada 68 dolar AS per barel, dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 20 sen., atau 0,3 persen menjadi berakhir pada 63,68 dolar AS.

Baca juga: Minyak terus merosot terseret prospek permintaan, penumpukan stok AS
Baca juga: Jelang pengumuman hasil pertemuan FOMC, emas tergerus 3,80 dolar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021