Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Pasukan India menembak mati enam gerilyawan muslim dalam dua bentrokan di Kashmir yang dilanda kekerasan, kata militer, Senin, sementara seorang tokoh separatis mengesampingkan perundingan dengan New Delhi.

Bentrokan baru itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di kawasan itu terkait dengan pembunuhan tiga muslim oleh pasukan keamanan akhir bulan lalu.

Tembak-menembak Senin meletus di distrik utara Baramulla ketika pasukan India meluncurkan dua operasi terpisah terhadap gerilyawan.

"Selama tembak-menembak yang terjadi kemudian, enam militan tewas," kata seorang juru bicara militer, dengan menambahkan bahwa seorang prajurit angkatan darat India juga tewas.

Sementara itu, politikus separatis berpengaruh Mirwaiz Umar Farooq mengatakan, Senin, tidak ada perundingan yang akan dilakukan dengan New Delhi untuk mencari penyelesaian atas kerusuhan di Kashmir India karena "pembunuhan dan perundingan tidak bisa berjalan beriringan".

Kelompok moderat Farooq dalam aliansi separatis utama telah mengadakan beberapa babak pembicaraan dengan New Delhi meski ditentang oleh separatis garis keras dan menghadapi ancaman-ancaman serta serangan oleh gerilyawan bersenjata.

"Memalukan bahwa tiga orang tidak berdosa dibunuh dan kemudian diakui sebagai militan," katanya pada jumpa pers, dengan menuntut diakhirinya pelanggaran hak asasi manusia di Kashmir.

Polisi telah menangkap empat orang, termasuk seorang prajurit India, terkait dengan pembunuhan itu, dan militer India, yang semula mengklaim membunuh tiga gerilyawan, telah menjamin kerja sama penuh.

Keluarga ketiga muslim yang tewas itu mengatakan, mereka adalah orang-orang yang tidak berdosa, dan ribuan orang turun ke jalan pada akhir pekan untuk memprotes pembunuhan itu.

Kashmir India dilanda peningkatan kekerasan setelah masa relatif tenang beberapa bulan.

Pada Januari, pasukan komando India menyerbu sebuah hotel di Srinagar, ibukota musim panas Kashmir India, dan membunuh dua militan yang bersembunyi di ruang tamu selama hampir 24 jam setelah melempar sejumlah granat di pasar utama di kota itu. Seorang warga sipil dan seorang polisi juga tewas dalam insiden tersebut, yang berbuntut pada bentrokan-bentrokan.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010