Ini bagus sekali sudah bisa masuk pasar ekspor. Kita harus tingkatkan
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) melepas ekspor produk sektor kelautan dan perikanan, di antaranya 6.304 butir mutiara, dari Lombok, NTB, ke Tiongkok, Malaysia dan Vietnam.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam siaran pers di Jakarta, Kamis, memaparkan bahwa beragam produk yang diekspor meliputi biji mutiara air laut, lobster, ikan kerapu dan kakap, serta indukan vaname.

Menteri Trenggono telah meninjau produk perikanan yang akan diekspor tersebut di Balai KIPM Mataram, NTB, 24 Maret 2021.

Trenggono mendorong agar kalangan pembudi daya dan pelaku usaha perikanan menjaga kualitas produk untuk menjaga kepercayaan pasar dunia.

KKP, katanya, sebagai regulator di bidang kelautan dan perikanan mendukung penuh pemangku kepentingan dalam menjalankan usahanya. "Ini bagus sekali sudah bisa masuk pasar ekspor. Kita harus tingkatkan," ujar Menteri Trenggono.

Jumlah biji mutiara air laut hasil budi daya yang diekspor sebanyak 7 kilogram atau 6.304 butir dengan tujuan Tiongkok. Kemudian produk yang ditujukan ke Malaysia masing-masing lobster origin paradise 120 ekor serta kakap dan kerapu seberat 240 kilogram, serta ke Vietnam sebanyak 440 ekor indukan vaname.

Pengiriman produk perikanan senilai lebih dari Rp200 juta tersebut dikirim ke negara tujuan menggunakan pesawat udara pada Kamis.

Lisa, salah satu pembudidaya tiram mutiara di Lombok menyebut permintaan mutiara air laut di pasar ekspor cukup tinggi. Bahkan menurutnya Indonesia termasuk negara yang menguasai pasar untuk komoditas tersebut.

"Alhamdulillah hasilnya menjanjikan. Karena untuk budidaya mutiara air laut, Tiongkok, Hong Kong, India, belum bisa. Hanya Indonesia dan Australia. Kita kuasai pasar," aku Lisa.

Lebih dari 10 tahun ke belakang Lisa dan keluarganya menekuni budidaya tiram mutiara di Lombok. Saat ini ada 10.000 tiram yang dibudidayakan dengan metoda long line. Mutiara yang dihasilkan Lisa dan keluarga biasanya untuk perhiasan dan juga bahan baku kosmetik.

Menurutnya, budidaya tiram mutiara merupakan investasi jangka panjang, sebab baru bisa dipanen sekitar dua tahun kemudian.

Selain itu, ujar dia, aktivitas budi daya ini pun mampu menyerap banyak tenaga kerja. Saat ini ada sekitar 50 pekerja yang terlibat di dalamnya.

Baca juga: KKP-Kejaksaan tenggelamkan 4 kapal pencuri ikan berbendera Vietnam
Baca juga: KKP gelar kampanye pemberantasan penangkapan ikan merusak di Morowali
Baca juga: Menteri KKP tegaskan perangi penyelundupan ekspor benur

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021