Banda Aceh (ANTARA News) - Seorang lelaki berperawakan kecil bergegas keluar dari ruang perawatan intensif Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh, Kamis siang.

Dengan mengenakan masker, sang lelaki itu mengetuk pintu ruangan lainnya. Saat pintu terbuka, lelaki itu melambaikan tangan, tanda memanggil orang-orang yang ada di ruangan tersebut.

Peristiwa itu terekam lima menit sebelum Tgk Hasan Muhammad Di Tiro, pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) menghembuskan nafas terakhirnya.

"Apa yang terjadi," tanya seorang lelaki yang dari tadi berada di tempat itu.

Dari ruangan terlihat Malek Mahmud, mantan Perdana Menteri Gerakan Aceh Merdeka (GAM) keluar, yang diikuti mantan petinggi GAM lainnya, Zaini Abdullah.

Di ruangan tersebut juga masuk Farid Husain dan Juha Christensen, dua tokoh di balik damainya Aceh.

Hanya beberapa detik, mereka keluar kembali dengan wajah terlihat tegang. Mereka pun bergegas menuju ruang perawatan Tgk Hasan Tiro.

Ketegangan juga diperlihatkan belasan orang yang ada di luar ruangan perawatan Tgk Hasan Tiro. Mereka hanya berdiri di dinding menanti sesuatu kabar dari dalam ruangan.

Keheningan hanya berlangsung beberapa menit. Tiba-tiba keluar Malek Mahmud sambil berkata, "Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Orang yang kita cintai sudah menghembuskan nafas terakhir."

Malek Mahmud tidak dapat menyembunyikan kesedihannya saat mengucapkan kata-kata tersebut. Dari dua bola matanya terlihat linangan air mata. Kendati begitu ia tampak tegar.

"Sekarang tolong kalian buat panitia pemakaman beliau," kata Malek saat menginstruksikan kepada orang-orang yang dari tadi mendengar kabar duka tersebut.

Usai berbicara dengan orang-orang di luar ruang, ia pun kembali masuk ke ruangan tempat Tgk Hasan Tiro terbaring. Dari ruangan itu suasana duka begitu kentara, namun tanpa raungan tangisan.

Tgk Hasan Tiro menghembuskan nafas terakhir di rumah sakit milik Pemerintah Aceh itu pukul 12:15 WIB, karena menderita infeksi paru-paru dan jantung. Sebelum meninggal, ia dirawat sejak 12 hari lalu.

Lelaki kelahiran Pidie, Aceh, 25 September 1925 itu sempat mengasingkan diri di Stockholm, Swedia sejak 1976 setelah mendeklarasikan Aceh Merdeka.

Muhammad Hasan Di Tiro baru kembali ke Aceh setelah dilakukan penandatanganan kesepakatan damai antara Pemerintah RI-GAM di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005.

Tgk Hasan Tiro sempat pulang pada Oktober 2008 dan sejak akhir Oktober 2009 tinggal di rumah kawasan Lamteumen Timur, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh.

Setengah jam kemudian Malek Mahmud diikuti Zaini Abdullah, Farid Husain dan Juha Christensen, kembali ke ruangan semula. Di ruang itu juga ada sejumlah dokter yang menangani almarhum selama di rumah sakit.

Kepada wartawan, Malek kembali menegaskan kabar meninggalnya sosok lelaki yang dekat dengannya selama ini. "Beliau menghembuskan nafas terakhir pukul 12.15 WIB," katanya.

Malek Mahmud mengatakan, prosesi pemakaman sudah dipersiapkan. Ia juga memerintahkan kerabat maupun jajaran Komite Peralihan Aceh (KPA) membentuk panitia pemakaman.

Ia menambahkan jenazah Tgk Hasan Muhammad Di Tiro akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Desa Meureu, Kecamatan Indrapuri, Kabupaten Aceh Besar.

Di Desa Meureu yang berjarak sekitar 20 Km arah timur Banda Aceh juga terdapat makam pahlawan nasional Tgk Chik Di Tiro, yang juga kakek almarhum Tgk Hasan Muhammad Di Tiro.

"Jadi ini saja yang sampaikan. Saya kembali ke ruangan lagi ya," kata Malek Mahmud kepada wartawan seraya berujar kepada Farid Husain, "Nanti kita berhubungan terus ya."

Kabar duka tersebut cepat berhembus. Orang-orang berdatangan ke rumah sakit tersebut. Tak terkecuali Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan Kapolda Irjen Pol Fajar Prihantoro tiba di rumah sakit setengah jam kemudian.(*)

KR-HSA/T010

Oleh M. Haris Setiady Agus
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010