Pekanbaru (ANTARA News) - Suasana tenang rapat paripurna DPRD Kota Pekanbaru beragenda pandangan akhir Pemerintah Kota Pekanbaru terhadap Rancangan Perda Penganggaran Tahun Jamak (Multiyears), Jumat pagi lalu (4/6), tiba-tiba berubah gaduh.

Seorang anggota DPRD Kota Pekanbaru, Yose Saputra, mengambil botol air mineral, lalu menyiramkannya kepada sesama anggota DPRD, Kamaruzaman, saat Ketua DPRD Kota Pekanbaru Desmianto menyampaikan sambutan.

Sontak, perhatian tamu yang hadir mulai dari walikota, wakil walikota, dan muspida lainnya, beralih kepada kedua orang itu.

Tak puas hanya dengan menyiram, Yose menekan pundak dan mengambil peci yang dikenakan Kamaruzaman, kemudian melemparkannya. Yose bahkan mengancam Kamaruzaman seraya mengangkat kursi yang didudukinya dan hendak melemparkannya pada Kamaruzaman.

Tak terima diperlakukan seperti itu, Kamaruzaman berusaha membalas. Beruntung aksi anggota dewan yang terhormat tersebut, bisa dihentikan rekan-rekannya.

Insiden itu sempat membuat sidang terhenti selama lebih kurang 20 menit, sebelum akhirnya dilanjutkan kembali.

Namun demikian, perhatian tamu tak lagi tertuju pada agenda sidang , melainkan pada aksi Yose tersebut.

Akhirnya penolakan walikota terhadap raperda tidak mendapat reaksi dari DPRD Kota Pekanbaru.

Dalam pandangan akhirnya, Walikota Pekanbaru menyatakan, pemerintah menolak Rancangan Perda Tahun Jamak, karena bertentangan dengan Permendagri Nomor 23/2009 tentang Tata Cara Pembinaan dan Pengawasan Kerjasama Antar Daerah.

Permendagri itu menyebutkan, Perda tidak boleh berlaku melebihi masa jabatan walikota yang akan habis Juni 2011.

Perda Tahun Jamak rencananya akan digunakan untuk memuluskan pembangunan Gedung DPRD Pekanbaru yang membutuhkan anggaran "multiyears" selama dua tahun.

Padahal sebelum insiden itu, delapan fraksi di DPRD Kota Pekanbaru sudah menyetujuinya, sehingga tak heran, sebagian kalangan menilai aksi itu tak lebih dari manuver politik.

"Itu merupakan upaya yang dilakukan Partai Golkar untuk mengalihkan isu penolakan perda."

Keributan dalam sidang paripurna DPRD pada Jumat (4/6) itu bukan yang pertama kalinya terjadi.

Dari catatan ANTARA, kejadian serupa pernah terjadi pada rapat tertutup penetapan anggaran. Saat itu, Wakil Ketua DPRD Pekanbaru yang juga dari Partai Golkar, Sahril, melempar botol air mineral kepada anggota komisi I DPRD Pekanbaru, Firdaus Basir.

Mereka berdua lalu terlibat keributan karena berbeda pendapat. Tindakan yang dilakukan anggota dewan terhormat itu, memalukan lembaga legislatif, apalagi aksi itu sudah beberapa kali terjadi.

Tokoh masyarakat Riau Tenas Effendy mengecam prilaku wakil rakyat tersebut. "Mestinya anggota dewan mempunyai moral. Perbuatan tersebut bertentangan dengan nilai-nilai Melayu yang santun. Sebagai wakil rakyat seharusnya bisa lebih arif dan santun," ujar Tenas.

Tenas juga menyebut perbuatan tersebut menyinggung perasaan masyarakat yang memilih dia pada pemilu legislatif yang lalu. Seharusnya, kata Tenas, masalah bisa diselesaikan lewat musyawarah, tidak dengan main tangan.

"Mungkin pada saat itu, dia lupa akan sikap arif. Makanya berbuat seperti itu," ujar Tenas.

Tak hanya Tenas, Gubernur Riau Rusli Zainal pun meminta permasalahan di lembaga legislatif Pekanbaru segara diselesaikan. Ia menyesalkan sikap Yose.

"Sangat disesalkan, seharusnya wakil rakyat tidak bertindak seperti itu. Dalam hal ini sangat penting pengendalian emosi," kata dia.

Rusli mengatakan dalam proses demokrasi berbeda pendapat sah-sah saja, tetapi tidak boleh merugikan satu sama lain. Ia mengharapkan persoalan keduanya diselesaikan secepat mungkin.

Kamaruzaman, anggota DPRD dari Partai Demokrat, mengaku tidak bermasalah dengan Yose. Menurut dia, selama ini tidak mempunyai masalah dengan anggota DPRD yang berbadan besar tersebut, apalagi mereka duduk dalam satu komisi, yakni Komisi I.

"Saya tidak bermasalah dengan dia. Itu yang membuat saya heran, mengapa Yose menyerang saya. Kalaupun ada masalah, seharusnya jangan mengambil langkah-langkah seperti itu, kalau bisa dibicarakan dahulu," ujar Sekretaris Komisi I ini.

Menurut dia, tindakan Yose tersebut tak hanya mempermalukan dirinya sendiri, melainkan juga lembaga legislatif. Dengan tidak mencerminkan kepribadian sebagai wakil rakyat.

"Cara-cara ini dekat sama seperti premanisme. Jauh dari kesan wakil rakyat," tukasnya.

Yose Saputra, seusai rapat paripurna, langsung menyelinap dan enggan berkomentar. Begitu juga ketika pada Senin (7/6) lalu, ketika Badan Kehormatan (BK) DPRD Kota Pekanbaru memproses mereka berdua.

Usai memberikan keterangan pada BK, Yose dengan terburu-buru masuk mobilnya, dengan enggan berkomentar.

Perselihan antara keduannya saat ini sedang ditangani BK DPRD Kota Pekanbaru. BK memanggil dan meminta keterangan dari kedua belah pihak, baru kemudian akan mengambil sikap.

Ketua BK DPRD Pekanbaru, Said Usman Abdullah mengatakan aksi Yose dan Kamaruzaman bukan kali ini saja, karena berdasarkan catatan BK sudah dua kali hal ini terjadi.

"Sebelumnya, kita juga mendapatkan laporan mengenai adanya cekcok, namun baru sebatas adu mulut. Kalau yang terjadi saat ini sungguh di luar batas," ujar Said.

Menurut Said, hingga saat ini BK belum bisa menyimpulkan perlu tidaknya melakukan pengantian antar waktu (PAW) kepada Yose.

"Tentang PAW kita belum bisa memberikan jawaban karena semua tergantung partai walaupun kita juga mempunyai hak untuk itu," tegasnya.

Jalur Hukum

Tak terima dipermalukan di depan khalayak ramai, Kamaruzaman berencana menempuh jalur hukum. Ia belum bisa memberikan maaf kepada Yose dan membiarkan polisi menangani perkara itu.

Kamaruzzaman telah melaporkan kejadian ini kepada polisi dan telah membuat keterangan saksi korban terhadap perbuatan dan penyerangan yang dilakukan Yose.

"Saya tetap akan tetap menempuh jalur hukum untuk menyelesaikan permasalahan ini, karena perbuatan seperti ini tidak bisa saya maafkan. Kejadian ini sangat memalukan," ujarnya.

Namun demikian, Kamaruzzaman akan patuh jika ada penyelesaian yang dilakukan partai. "Hal yang wajar jika dalam kejadian ini partai akan mengambil sikap. Dan kita akan turuti (sikap partai). Namun (saya) tetap menyelesaikan permasalahan ini melalui jalur hukum," ujarnya.

Kamaruzzaman bersikeras menyelesaikan melalui jalur hukum, dengan harapan kejadian serupa tidak terulang lagi terhadap dirinya maupun anggota dewan lain.

"Secara pribadi dan kelembagaan, saya berharap masalah ini tidak terulang lagi. Karena itu saya tetap bersikeras persoalan ini diselesaikan secara hukum. Saya tempuh dan saya jalankan," katanya.

Kamaruzzaman menilai tindakan Yose sebagai tindakan kriminal, untuk itu harus diserahkan polisi. Ia akan mendukung apapun langkah yang dilakukan kepolisian, asalkan kasus ini diproses secara cepat.

"Sampai hari ini saya bertanya-tanya apa penyebab Yose menyerang saya. Saya tidak tahu permasalahannya sampai terjadi seperti ini," tuturnya.

Kamaruzaman juga meminta Gubernur segera mengeluarkan izin memeriksa Yose, karena sebagai anggota DPRD Kota sesuai Undang-Undang 32/2004, pemeriksaannya harus mendapat izin Gubernur.

Kapoltabes Pekanbaru, AKBP Mujiyono mengatakan laporan sudah diterima. Beberapa barang bukti seperti peci dan botol air mineral juga sudah disita.

"Saat ini hanya menunggu surat izin dari gubernur untuk melakukan pemeriksaan," ujar Mujiyono.

Untuk tahap awal, sejumlah saksi akan dimintai keterangannya. Perbuatan ini akan dikenakan pasal 335 dan 336 KUHP atas tindakan tidak menyenangkan dengan ancaman pidana selama satu tahun.

Yose Saputra


Yose Saputra adalah anggota DPRD Kota Pekanbaru dari Daerah Pemilihan IV Pekanbaru, Tampan dan Payung Sekaki.

Ia mengantongi suara terbanyak kedua setelah Sahril. Di Golkar, Yose merupakan anggota DPRD Pekanbaru termuda (28 tahun) pada saat awal menjabat.

Sebelum menjadi anggota DPRD Kota, Yose berprofesi polisi. Dia berperawakan kekar dengan tinggi badannya mencapai 180 cm.

Yose dikenal memiliki tabiat berbeda dengan anggota DPRD lain. Ia jarang mengikuti rapat. Saat berkantor di DPRD, ia juga kerap hanya menggunakan kaos oblong dan celana jeans. Ia juga emosional dan gampang sekali terpancing.

Pada Musda Golkar Pekanbaru lalu, tanpa alasan yang jelas, Yose tiba-tiba mengangkat sofa dan hendak dilemparkannya kepada utusan dari DPD I Golkar Riau yang memprotes terpilih secara aklamasinya Erizal Muluk.

Saat itu, Erizal Muluk membela Yose dengan mengatakan anak muda memang erat kaitannya dengan emosi. Begitu juga pada kejadian Jumat lalu, Erizal Muluk mengatakan tak bisa berbuat banyak.

Jika hal ini terus berlangsung, masyarakat sangat mungkin kecewa terhadap wakil rakyat dari partai berlambang pohon beringin itu.(*)

KR-IND/T010

Oleh Indriani
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010