Ternate (ANTARA News) - Gempa tektonik berkekuatan 5,8 skala richter mengguncang Ternate, Maluku Utara, Rabu petang (Pukul 17;57 WIT), namun sejauh ini belum diperoleh laporan adanya korban jiwa atau kerusakan akibat gempa itu.

Staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Ternate, Dimas, ketika dihubungi menjelaskan pusat gempa tersebut berada di Laut Maluku atau sekitar 138 KM Barat Laut Ternate pada kedalaman 78 KM.

Gempa tidak berpotensi menimbulkan tsunami, karena kekuatannya dibawah 6 SR dan kedalamannya lebih dari 30 KM.

Dimas mengatakan, sejauh ini pihaknya belum menerima laporan dari instansi terkait maupun masyarakat mengenai adanya korban jiwa atau kerusakan fisik akibat gempa tersebut.

Namun, sesuai pengalaman, gempa yang terjadi di Malut dengan kekuatan seperti itu tidak menimbulkan korban jiwa atau kerusakan fisik, bahkan pernah pula terjadi gempa berkekuatan 7 SR di daerah ini yang sama sekali tidak menimbulkan kerusakan.

"Kondisi lapisan tanah di Malut umumnya keras, selain itu beban bangunan yang ada di atas permukaan tanah di daerah ini relatif sedikit. Inilah yang menyebabkan gempa dengan kekuatan seperti itu tidak sampai menimbulkan kerusakan fisik yang berarti," katanya.

Dari Sekretariat Badan Penanggulangan Bencana Alam Daerah Malut juga diperoleh keterangan bahwa lembaga itu sejauh ini belum menerima laporan adanya korban jiwa atau kerusakan fisik akibat gempa tersebut.

Lembaga itu terus melakukan pemantauan ke seluruh daerah di Malut. Salah satu daerah yang menjadi prioritas pemantauan adalah sekitar Loloda, Kabupaten Halmahera Barat (Halbar), karena wilayah itu berdekatan dengan lokasi pusat gempa.

Gempa 5,8 SR tersebut sempat mengagetkan warga Ternate, bahkan tidak sedikit yang berhamburan keluar rumah, karena khawatir gempa itu merobohkan rumah mereka. Di Ternate getaran gempa itu mencapai 2-3 MMI.

Malut merupakan salah satu daerah di Indonesia yang rawan terjadi gempa. Sesuai data yang ada daerah ini dilanda ratusan kali gempa setiap tahun, namun yang getarannya sempat dirasakan oleh masyarakat setempat hanya sedikit.

(T.L002/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010