Seoul (ANTARA News/AFP) - Seorang jendral berbintang dua angkatan darat Korea Selatan ditangkap Rabu atas tuduhan membocorkan rencana perang negara itu dan rahasia-rahasia lain kepada Korea Utara, demikian dilaporkan media massa.

Komando Keamanan Pertahanan telah meminta jaksa militer menahan mayor jendral yang diidentifikasi hanya sebagai Kim karena membocorkan informasi rahasia, kata kantor berita Yonhap.

Seorang juru bicara kementerian pertahanan menolak berkomentar mengenai laporan itu.

Rahasia yang dibocorkan itu mencakup sebuah operasi militer yang akan dilakukan kalau-kalau terjadi perang dengan Korea Utara, kata Yonhap.

Penangkapan jendral itu dilakukan setelah penahanan dua orang pada 3 Juni atas tuduhan menyerahkan rahasia miiter kepada Korea Utara, tambah kantor berita itu.

Yonhap mengatakan, salah seorang dari mereka adalah mantan mata-mata untuk Korea Selatan yang memperoleh rahasia militer dari jendral tersebut dan menyerahkannya kepada seorang agen Korea Utara di China dengan imbalan uang yang tidak disebutkan.

Korea Selatan secara berkala menangkap orang-orang yang dituduh melakukan kegiatan mata-mata untuk negara komunis tetangganya di wilayah utara.

Seorang wanita mata-mata Korea Utara yang ditangkap bulan lalu memberikan pelayanan seks untuk memperoleh informasi rahasia mengenai sistem kereta-api bawah tanah Seoul, kata sejumlah jaksa.

Dalam sebuah kasus lain, seorang wanita mata-mata Korea Utara ditangkap dan dipenjara lima tahun pada 2008. Ia mengaku melakukan hubungan seksual dengan seorang perwira Korea Selatan untuk memperoleh informasi rahasia.

Hubungan antara kedua negara Korea itu memanas akhir-akhir ini terkait dengan tenggelamnya kapal Korea Selatan.

Jumat (4/6), Korea Selatan menyerahkan surat keluhan ke Dewan Keamanan PBB mengenai penenggelaman sebuah kapal perangnya oleh Korea Utara pada Maret dan meminta tindakan, kata sejumlah diplomat.

Duta Besar Korea Selatan untuk PBB Park In-kook menyerahkan surat itu kepada Dubes Meksiko Claude Heller, yang bulan ini menjadi presiden DK yang beranggotakan 15 negara, kata mereka.

Dalam sebuah pernyataan singkat kepada wartawan, Park tidak memberikan penjelasan terinci mengenai apa yang Seoul ingin DK lakukan atau kapan mereka menghendaki sebuah pertemuan.

"Kami ingin DK melakukan tindakan yang sesuai dengan gentingnya situasi," katanya.

Penyelidik internasional pada 20 Mei mengumumkan hasil temuan mereka yang menunjukkan bahwa sebuah kapal selam Korea Utara menembakkan torpedo berat untuk menenggelamkan kapal perang Korea Selatan itu, dalam apa yang disebut-sebut sebagai tindakan agresi paling serius yang dilakukan Pyongyang sejak perang Korea 60 tahun lalu.

Sebanyak 46 orang awak Korea Selatan tewas ketika kapal perang itu tenggelam di dekat perbatasan Laut Kuning yang disengketakan dengan wilayah utara pada Maret lalu dalam kondisi misterius setelah ledakan yang dilaporkan.

Korea Selatan mengumumkan serangkaian pembalasan yang mencakup pemangkasan perdagangan dengan negara komunis tetangganya itu.

Korea Utara membantah terlibat dalam insiden tersebut dan membalas tindakan Korea Selatan itu dengan ancaman-ancaman perang.

Seorang diplomat Korea Utara mengatakan, Kamis (3/6), ketegangan di semenanjung Korea setelah tenggelamnya kapal perang Korea Selatan begitu tinggi sehingga "perang bisa meletus setiap saat".

Dalam pernyataan pada Konferensi Internasional mengenai Perlucutan Senjata, wakil utusan tetap Korea Utara untuk PBB di Jenewa, Ri Jang-Gon, menyalahkan "situasi buruk" itu pada Korea Selatan dan AS.

"Situasi semenanjung Korea saat ini begitu buruk sehingga perang bisa meletus setiap saat," katanya.

Kedua negara Korea itu tidak pernah mencapai sebuah perjanjian pedamaian sejak perang 1950-1953 dan hanya bergantung pada gencatan senjata era Perang Dingin.
(M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010