Teheran (ANTARA News/AFP) - Para pemimpin oposisi Iran membatalkan protes anti-pemerintah pada Sabtu, peringatan pemilihan presiden tahun lalu yang disengketakan, kata sebuah situs berita oposisi, Kamis.

Dua pemimpin oposisi utama Mir Hossein Mousavi dan Mehdi Karroubi memutuskan untuk tidak melakukan demonstrasi, kata situs Sahamnews.com milik Karroubi.

"Setelah memperoleh laporan-laporan dari sejumlah partai reformis dan untuk melindungi harta-benda penduduk, kami mengumumkan bahwa demonstrasi yang direncanakan tidak akan dilakukan," kata mereka dalam sebuah pernyataan bersama yang dipasang di situs tersebut.

Dalam beberapa pekan terakhir ini Mousavi dan Karroubi mengulangi seruan-seruan bagi penyelenggaraan pemilihan baru presiden dan menyatakan menolak kekuasaan Presiden Mahmoud Ahmadinejad.

Situs Kaleme.com milik Mousavi melaporkan, Selasa, kementerian dalam negeri berbelit-belit dalam mengeluarkan izin yang diminta bagi demonstrasi yang rencananya diadakan Sabtu.

"Permohonan Bapak Karroubi dan Bapak Mousavi untuk mengadakan pawai tidak dijawab dengan alasan permohonan itu tidak diajukan oleh partai atau kelompok politik," kata situs itu.

Permohonan kemudian diajukan oleh kelompok-kelompok politik, kata situs tersebut, namun "direktur urusan politik kementerian dalam negeri Mahmoud Abbaszadeh Meshkini menghindar menerima permohonan itu".

Sepuluh kelompok oposisi telah meminta izin untuk melakukan pawai protes yang menandai peringatan tahun pertama pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, kata situs oposisi Rahesabz.net, Selasa.

Iran dilanda pergolakan besar setelah pemilihan umum tahun lalu yang disengketakan.

Ratusan reformis ditahan dan diadili dalam penumpasan terhadap oposisi pro-reformasi setelah pemilihan umum presiden 12 Juni lalu yang dipersoalkan, yang disusul dengan kerusuhan terbesar dalam kurun waktu 31 tahun.

Dua calon presiden yang kalah, Mousavi dan Karroubi, mantan ketua parlemen yang berhaluan reformis, bersikeras bahwa pemilihan Juni itu dicurangi untuk mendudukkan lagi Mahmoud Ahmadinejad ke tampuk kekuasaan.

Meski ada larangan protes dan penindakan tegas dilakukan oleh aparat keamanan, para pendukung oposisi berulang kali memanfaatkan acara-acara umum untuk turun ke jalan.

Delapan orang tewas dan ratusan pendukung oposisi ditangkap dalam demonstrasi paling akhir pada 27 Desember, ketika ribuan pendukung oposisi melakukan pawai semacam itu.

Sejumlah reformis senior, aktivis, wartawan dan yang lain yang ditangkap setelah pemilu Juni itu dikabarkan masih berada di dalam penjara dan beberapa telah disidangkan atas tuduhan mengobarkan kerusuhan di jalan. Oposisi mengecam persidangan itu.

Termasuk yang diadili adalah pegawai-pegawai kedutaan besar Inggris dan Perancis serta seorang wanita Perancis yang menjadi asisten dosen universitas.

Sejauh ini sudah sejumlah orang yang dijatuhi hukuman mati dan puluhan orang divonis hukuman penjara hingga 15 tahun.

Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengecam protes pasca pemilu itu dan memberikan dukungan tanpa syarat kepada Ahmadinejad dan mengumumkan bahwa pemilihan itu sah, meski dipersoalkan sejumlah pihak.

Kubu garis keras di Iran menuduh para pendukung oposisi, yang turun ke jalan-jalan untuk memprotes pemilihan kembali Ahmadinejad sebagai presiden, didukung dan diarahkan oleh kekuatan-kekuatan Barat, khususnya AS dan Inggris.

Para pemimpin dunia menyuarakan keprihatinan yang meningkat atas kerusuhan itu, yang telah mengguncang pilar-pilar pemerintahan Islam dan meningkatkan kekhawatiran mengenai masa depan negara muslim Syiah itu, produsen minyak terbesar keempat dunia.

Presiden Mahmoud Ahmadinejad, yang telah membawa Iran ke arah benturan dengan Barat selama masa empat tahun pertama kekuasaannya dengan slogan-slogan anti-Israel dan sikap pembangkangan menyangkut program nuklir negaranya, dinyatakan sebagai pemenang dengan memperoleh 63 persen suara dalam pemilihan tersebut.

Para pemimpin Iran mengecam "campur tangan" negara-negara Barat, khususnya AS serta Inggris, dan menuduh media asing, yang sudah menghadapi pembatasan ketat atas pekerjaan mereka, telah mengobarkan kerusuhan di Iran.

Sejumlah pejabat Iran mengatakan bahwa 36 orang tewas selama kerusuhan itu, namun sumber-sumber oposisi menyebutkan jumlah kematian 72. Delapan orang lagi tewas selama protes anti-pemerintah pada 27 Desember, menurut data resmi. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010