Kolombo (ANTARA News/AFP) - Pemimpin angkatan darat Sri Lanka mendesak penyelesaian politis atas konflik etnik, Jumat, setahun setelah gerilyawan Macan Tamil dikalahkan dalam ofensif militer besar-besaran.

Letnan Jendral Jagath Jayasuriya memperingatkan bahwa meski separatis Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) telah ditumpas Mei tahun lalu, sisa-sisa kelompok mereka masih bisa berusaha menyatukan diri lagi.

"Terserah pada pemerintah dan rakyat kini untuk mencari akar permasalahan dan memberikan penyelesaian yang tepat," kata Jayasuriya pada pertemuan pengusaha di Kolombo.

Jayasuriya menjadi pemimpin angkatan darat pada Juli 2009, tak lama setelah pasukan keamanan membunuh para pemimpin Macan Tamil dan mengakhiri perjuangan kemerdekaan mereka bagi penduduk minoritas Tamil.

"Saya yakin, pada akhirnya, penyelesaian yang tepat diperlukan. LTTE telah dibasmi secara militer. Namun ada sejumlah unsur di sini dan luar negeri yang masih berusaha mempropagandakan perjuangan (Macan) Tamil," katanya.

PBB memperkirakan sekitar 7.000 warga sipil Tamil tewas dalam konflik empat bulan tahun lalu antara pasukan pemerintah dan pemberontak Macan Tamil.

Jayasuriya mengatakan, badan-badan intelijen negara melaporkan bahwa gerilyawan LTTE yang selamat dalam pertempuran kini berusaha menyatukan diri lagi.

Militer yang berkekuatan hanya 200.000 orang, kata Jayasuriya, akan disiagakan untuk memastikan bahwa Macan Tamil tidak beraksi lagi.

Ia menambahkan, sebagian besar dari 10.000 gerilyawan yang menyerah tahun lalu akan dibebaskan setelah pemerintah menyelesaikan program rehabilitasi. Namun, sekitar 1.000 orang yang diidentifikasi sebagai gerilyawan penting akan diadili, katanya.

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei 2009 mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

PBB memperkirakan, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik separatis Tamil setelah pemberontak Macan Tamil muncul pada 1972.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. Mayoritas penduduk Sri Lanka adalah warga Sinhala. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010