Yogyakarta (ANTARA News) - Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) mulai Juli nanti akan semakin memberatkan hotel melati karena membengkaknya biaya operasional, sementara untuk menaikkan tarif menginap tidak memungkinkan.

"Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) ini akan semakin memberatkan pengelola hotel, khususnya hotel melati karena biaya operasional membengkak sedangkan untuk menaikan tarif juga tidak mungkin," kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) Yogyakarta, Istijab, Kamis.

Menurut dia, hotel melati dan hotel kecil lebih dari 20 persen biaya operasional yang digunakan adalah untuk membayar listrik, sehingga dengan kenaikan TDL tersebut maka biaya operasional akan semakin tinggi.

"Selama ini pelaku usaha jasa perhotelan telah berusaha menghemat biaya operasional terutama penggunaan listrik dan itu masih dirasakan sangat berat. Kami sudah berupaya menghemat pemakaian listrik, namun untuk usaha perhotelan ini tidaklah mudah karena menyangkut kenyamanan dan pelayanan kepada tamu yang menginap," katanya.

Ia mengatakan, faktor kenyamanan tamu ini merupakan prioritas pelayanan jasa perhotelan sehingga kebutuhan para tamu akan semaksimal mungkin diupayakan.

"Sangat tidak mungkin jika kami menolak tamu yang minta AC, air panas maupun lampu yang terang serta peralatan elektronik lainnya seperti televisi, internet maupun musik," katanya.

Istijab mengatakan, imbauan PLN untuk menghemat listrik mulai pukul 17.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB juga sulit untuk direalisasikan karena pada jam-jam tersebut merupakan jam puncak di hotel.

"Sebelumnya juga pernah ada uji coba dimana untuk hotel berbintang harus dapat menekan penggunaan listrik hingga 40 persen dari daya yang terpasang dan jika sampai lebih maka akan kena denda atau listrik diputus PLN," katanya.

Ia mengatakan, pelaku usaha hotel dapat menggantikan pasokan listrik dari PLN dengan generator set (genset), namun ini akan menambah biaya operasional lainnya.

"Dari sisi biaya, bahan bakar minyak (BBM) untuk genset memang hampir sama dengan biaya rekening listrik, namun penggunaan genset ini juga butuh perawatan mesin secara berkala sehingga biayanya juga tinggi," katanya.

Para pengelola hotel melati ini sebelumnya mengancam akan melakukan mogok jika TDL naik, namun karena berbagai pertimbagan dan citra Yogyakarta sebagai kota pariwisata, akhirnya rencana tersebut diurungkan.

"Kami sempat dialog dengan para pengelola hotel dan karena saat ini sedang musim liburan maka sangat tidak menguntungkan jika melakukan aksi mogok sebab akan banyak wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta," katanya.

(U.V001/M012/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010