Ottawa (ANTARA News) - Kebijakan mata uang kontroversial China akan dibicarakan pada pertemuan puncak negara anggota Kelompok 20 (G20), pejabat Kanada mengatakan Jumat, meski peringatan awal Beijing tidak akan membawa masalah yuan di KTT tersebut.

AFP melaporkan, Kanada akan menjadi tuan rumah KTT para pemimpin ekonomi utama G20 di Toronto pada 26-27 Juni.

Yuan, di mana Amerika Serikat dan juga beberapa negara lain menginginkan revaluasi, akan dibahas selama pembicaraan mengenai berapa negara anggota yang dapat menyumbangkan terhadap perubahan haluan ekonomi global.

"Pesan utama (pada KTT tersebut) terhadap semua negara anggota G20, perlunya semua negara untuk melakukan dukungan kuat, pertumbuhan seimbang dan berkelanjutan," kata pejabat senior Kanada tersebut.

Salah satu dari beberapa hal yang diperkirakan akan dibicarakan adalah kontribusi lebih luwes nilai tukar Yuan, katanya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Luar Negeri China Cui Tiankai menyatakan kepada pers bahwa nilai tukar yuan tidak akan dibawa untuk debat pada KTT tersebut dan menolak lagi intervensi dalam berbagai kebijakan mata uang Beijing.

"Mata uang China (Yuan)," katanya. "Ini bukan merupakan isu masyarakat internasional yang harus dibahas."

Tekanan internasional menggunung atas China untuk merevaluasi yuan. Beijing mempertahankan bahwa penguatan mata uangnya tidak akan memecahkan berbagai permasalahan kehilangan pekerjaan di AS dan secara konsisten menolak tekanan terhadap masalah itu.

Sementara itu Sander Levin, ketua komite Kongres AS yang mengawasi perdagangan dan pajak, mengatakan Rabu bahwa KTT G20 "sangat penting bagi China untuk mengubah praktik mata uang inflexible-nya."

Namun, Zhang Tao, pejabat tinggi pada People`s Bank of China, mengatakan bahwa yuan tidak pernah masuk agenda KTT G20 sebelumnya, dan menyatakan kembali bahwa Beijing akan menyelesaikan berbagai kebijakan mata uang pada tempatnya sendiri.

Zhang dan Cui di mana membicarakan dalam suatu briefing mengenai partisipasi Presiden Hu Jintao di KTT tersebut.

Beijing mempertahankan bahwa penguatan mata uang-nya tidak akan memecahkan persoalan kehilangan lapangan kerja AS dan secara konsisten menolak tekanan atas masalah tersebut.

Sementara itu Menteri Keuangan Amerika Serikat Timothy Geithner juga mengatakan pekan lalu bahwa penolakan China merevaluasi mata uangnya--yang telah secara efektif dipatok pada kisaran 6,8 terhadap dolar selama dua tahun--telah menghalangi reformasi ekonomi global.

(S004/A011/S026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010