Kerusakan Bendungan Kambaniru mengakibatkan 1.440 hektare lahan persawahan di Kecamatan Kambera tidak bisa ditanami padi
Kupang (ANTARA) - Bupati Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, Khristofel Praing mengatakan bencana alam badai siklon tropis Seroja yang melanda daerah itu pada Minggu (4/4/2021) dini hari telah menyebabkan Bendungan Kambaniru jebol akibat hantaman banjir.

"Bencana alam siklon tropis Seroja berdampak luas di Sumba Timur yaitu mengakibatkan Bendungan Kambaniru jebol. Kondisi bendungan sudah tidak bisa lagi menampung air untuk kebutuhan irigasi karena kondisinya rusak berat," katanya ketika dihubungi ANTARA dari Kupang, NTT, Selasa.

Khristofel mengatakan hal itu terkait dampak bencana alam badai siklon tropis Seroja di daerah itu.

Ia mengatakan bendungan Kambaniru yang terletak di Kecamatan Kambera dan merupakan bendungan terbesar di Pulau Sumba itu, hancur diterjang banjir pada Minggu (4/4/2021) pagi.

Menurut dia, pada bagian sayap dan bentangan Bendungan Kambaniru patah menjadi beberapa bagian akibat hantaman banjir hingga mengakibatkan luapan banjir dari Bendungan Kambanitu mengenangi rumah penduduk di Kecamatan Kambera.

Dia menambahkan kerusakan Bendungan Kambaniru mengakibatkan 1.440 hektare lahan persawahan di Kecamatan Kambera tidak bisa ditanami padi pada musim taman kedua tahun 2021.

"Sudah dapat dipastikan para petani tidak bisa menanam padi pada musim tanam kedua karena sumber air untuk persawahan tidak ada setelah Bendungan Kambaniru jebol," tegasnya.

Ia berharap Balai Sungai Provinsi Nusa Tenggara Timur Kementerian PUPR dapat membangun kembali Bendungan Kambaniru, sehingga 1.440 hektare sawah milik petani bisa ditanami pada tahun ini.

"Kami berharap pemerintah pusat bisa membangun kembali Bendungan Kambaniru agar petani di daerah ini bisa mengolah kembali lahan pertanian yang ada," kata Khristofel.

Baca juga: BNPB: Korban jiwa akibat bencana di NTT berdasar verifikasi 86 orang
Baca juga: Rote Ndao laporkan ribuan rumah rusak akibat badai siklon tropis
Baca juga: 48 korban banjir lahar hujan di Lembata belum ditemukan

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021