Karimun, Kepri (ANTARA News) - Asosiasi Pengusaha Indonesia Cabang Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, meminta jatah gula impor untuk Kawasan Perdagangan Bebas Karimun tidak melewati Batam karena dapat memicu tingginya harga jual ke konsumen.

"Kami meminta impor gula tidak melalui Batam untuk memperpendek jalur distribusi agar harga jual ke konsumen dapat ditekan," kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Cabang Karimun Dwi Untung, di Tanjung Balai Karimun, Sabtu.

Menurut Dwi Untung jika distribusi gula impor tidak melalui Batam, biaya distribusi akan terpangkas karena tidak perlu bongkar dua kali. "Distribusinya sebaiknya langsung dari negara asal," katanya.

Ia menjamin jika permintaan itu disetujui, harga jual ke konsumen dapat ditekan pada level Rp7.000/kilogram.

"Kami juga akan meningkatkan pengawasan terhadap distributor nakal yang semena-mena menaikkan harga," katanya.

Ia juga mengatakan banyak pengusaha yang enggan mengambil jatah gula impor karena harganya mahal.

"Pengusaha di bawah Apindo belum ada mengambil jatah gula impor yang setiap tiga bulan 500 ton," katanya.

Ia mendukung Apindo Kepri yang meminta agar importir gula diserahkan pada pengusaha masing-masing kawasan untuk menghindari praktik monopoli.

Menurut dia , Karimun sudah sejak lama bergantung kepada gula impor karena gula lokal sering langka akibat panjangnya jalur distribusi dari daerah penghasil.

"Dengan adanya kebijakan impor gula sebagai fasilitas kawasan perdagangan bebas, masyarakat merasa terbantu dengan harapan harganya juga murah," katanya.

Harga gula impor di pasar saat ini menembus Rp9.500/kilogram, naik Rp500 dibandingkan harga sebelumnya.(*)

(T.KR-HAM/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010