Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - India hari Senin menuduh Pakistan melanggar gencatan senjata di perbatasan de fakto di Kashmir yang disengketakan, beberapa hari sebelum para pejabat tinggi kedua negara itu berunding di Islamabad.

Sekretaris Luar Negeri India Nirupama Rao akan bertemu dengan mitranya dari Pakistan, Salman Bashir, pada Kamis, di tengah upaya kedua negara itu memperbaiki hubungan untuk menghidupkan lagi proses perdamaian yang macet.

Rao juga akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mehmood Qureshi.

Qureshi telah mengundang Menteri Luar Negeri India S.M. Krishna datang ke Islamabad pada 15 Juli sebagai bagian dari proses rekonsiliasi antara kedua negara tetangga Asia Selatan itu, yang terlibat dalam tiga perang dalam 60 tahun terakhir.

Minggu, dua warga sipil yang bekerja sebagai pengangkut barang untuk militer India tewas dan dua prajurit cedera dalam "penembakan tanpa provokasi" oleh pasukan Pakistan di Garis Pengawasan (LoC) yang memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, kata juru bicara militer India Vineet Sood kepada AFP.

Ia menuduh Pakistan melanggar gencatan senjata yang diberlakukan di LoC sejak 2003 di sektor utara Machil.

Tembakan dari seberang perbatasan dilaporkan terjadi Senin di sektor selatan Rambhir Singh Pora, kata beberapa pejabat Pasukan Keamanan Perbatasan (BSF) kepada sekelompok wartawan yang berkunjung.

BSF kemudian membalas dan tembak-menembak berlangsung selama enam jam.

Penembakan di LoC terjadi secara sporadis dan kedua pihak biasanya saling menuduh sebagai pelakunya.

Ketegangan di perbatasan dan penyusupan gerilyawan di Kashmir India berkurang setelah kedua negara itu menyetujui gencatan senjata di LoC pada 2003.

Kekerasan di Kashmir juga turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010