Toronto (ANTARA News) - Para pemimpin Kelompok Delapan (G-8) menyatakan keprihatinan  atas tingginya pengangguran di negara-negara maju dan menyerukan terus fokus pada upaya pemulihan ekonomi, seorang pejabat Jepang mengatakan.

"Ada pemahaman bersama bahwa tingkat pengangguran di kalangan negara maju tetap sangat tinggi dan karena itu, beberapa pemimpin menyebutkan  bahwa secara jangka pendek, kita harus terus fokus terutama pada pemulihan ekonomi," jurubicara pemerintah Jepang, Kazuo Kodama mengatakan kepada wartawan seperti dilaporkan AFP.

"Itu adalah sebuah pandangan, saya pikir, bersama dengan para pemimpin lain," katanya dalam sebuab briefing hari pertama pembicaraan G-8 di Huntsville, utara kota Toronto, Kanada.

Pembicaraan dihadiri oleh negara-negara kunci - Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Rusia dan Amerika Serikat.

Tingkat pengangguran di 31 negara-negara industri terkemuka berjumlah 8,7 persen dari angkatan kerja pada April, sama seperti pada Maret, data terbaru dari Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan pada Senin. Di Amerika Serikat, tingkat pengangguran Mei berdiri di 9,7 persen.

Negara-negara dengan tingkat pengangguran tertinggi pada Maret adalah Spanyol pada 19,7 persen, Irlandia di 13,2 persen, Portugal pada 10,8 persen, Hungaria pada 10,4 persen dan Prancis 10,1 persen.

Ada perpecahan nyata antara negara-negara G-8 pada cara mempertahankan pemulihan ekonomi sementara memotong defisit yang melonjak dihubungkan oleh negara-negara yang menuangkan uangnya ke dalam langkah untuk merangsang pertumbuhan setelah resesi terburuk dalam beberapa dekade.

Amerika Serikat telah memperingatkan bahwa sebuah dorongan seperti dicontohkan oleh Jerman, Inggris dan Prancis untuk memotong pengeluaran bisa menggelincirkan pemulihan di tengah kekhawatiran apa yang disebut kemerosotan ekonomi "double dip".

Presiden AS Barack Obama, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Perdana Menteri Jepang baru Naoto Kan dan para pemimpin lainnya bertukar catatan tentang situasi ekonomi global dalam sebuah cara "non-konfrontatif dan ramah", kata Kodama.

Mereka merasa "langkah-langkah konsolidasi fiskal penting namun pada saat yang sama waktunya melaksanakan langkah-langkah konsolidasi" harus diberikan karena pertimbangan, katanya.

"Kita tidak boleh membuat kesalahan dalam waktu pelaksanaan langkah-langkah konsolidasi fiskal agar tidak merusak pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," kata Kodama. "Itu adalah pemahaman bersama di antara para pemimpin G-8."

Kan dan Merkel juga bertemu di sela-sela KTT tersebut dan mendiskusikan strategi mereka dalam mendorong pertumbuhan dan mengekang pengeluaran. Merkel menekankan "konsolidasi fiskal yang berkelanjutan," kata Kodama.

Dia menekankan bahwa "pemerintahannya bermaksud memperkenalkan langkah-langkah untuk menghambat pengangguran jangka panjang di bidang-bidang seperti penelitian dan pengembangan, pendidikan dan infrastruktur dengan menggabungkan konsolidasi fiskal dengan reformasi struktural."

Pertemuan G-8 dilaksanakan menjelang pertemuan puncak Kelompok 20 (G-20) negara-negara maju dan berkembang, yang termasuk pendorong pertumbuhan Asia, China dan India, pada akhir pekan.

Pertemuan G-20 diharapkan fokus pada upaya menyeimbangkan global yang ditujukan untuk meningkatkan konsumsi domestik di negara-negara berbasis ekspor seperti Jerman, Jepang dan China dan pemotongan defisit anggaran yang menggelembung di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa. (A026/A027)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010