Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Pemerintah di wilayah bergolak Kashmir India hari Minggu memerintahkan penyelidikan atas pembunuhan dua pemuda oleh pasukan keamanan yang berusaha mengendalikan protes.

Polisi mengatakan, kedua pria itu tewas Jumat di Sopore, 50 kilometer sebelah utara Srinagar, ibukota musim panas Kashmir, ketika pasukan melepaskan tembakan setelah pemrotes melempari kendaraan mereka dengan batu.

"Pemerintah negara bagian telah menunjuk seorang pensinan hakim untuk melakukan penyelidikan atas insiden Sopore" dan memberikan laporan dalam waktu sebulan, menurut sebuah pernyataan.

Syed Bashir-ud-Din, yang ditunjuk untuk melakukan penyelidikan tersebut, adalah juga ketua komisi hak asasi manusia di Kashmir.

Pensiunan hakim itu diminta "menetapkan orang-orang yang bertanggung jawab atas kematian yang disebutkan itu dan menentukan tanggung jawab atas penggunaan kekuatan yang berlebihan, jika ada".

Dengan kematian kedua pemuda yang berusia 20-an tahun itu, maka sudah lima orang sipil tewas dalam insiden-insiden yang melibatkan pasukan keamanan India selama dua pekan terakhir ini. Tiga pembunuhan sebelumnya -- semuanya di Srinagar -- menyulut gelombang protes marah dan pemogokan yang menentang kekuasaan India di Kashmir.

Setelah kematian kedua pemrotes pada Jumat, ribuan warga Sopore memadati jalan dan meneriakkan "Kami ingin kebebasan" dan "Darah harus dibalas dengan darah", kata beberapa saksi.

Pihak berwenang memberlakukan larangan keluar rumah untuk mencegah protes keras, kata polisi itu.

Insiden terakhir itu terjadi ketika separatis garis keras hari Jumat menyerukan protes-protes di Internet untuk menentang kekuasaan India di Kashmir.

"Kami mendesak rakyat memasang pesan `Pergi India, Pulang Kembali` di Facebook, Twitter dan situs-situs jejaring sosial lain pada 27 Juni," kata pemimpin separatis senior garis keras Masarat Alam di Srinagar.

"Internet akan membantu kita menyebarkan pesan kita ke seluruh dunia," kata Alam.

Pesan Alam itu disampaikan ketika pemogokan Jumat membuat tutup pertokoan, sekolah dan perkantoran di Srinagar dan kota-kota lain di lembah Kashmir.

Separatis Kashmir mengadakan pawai secara rutin, yang seringkali berbuntut kekerasan, sejak 2008. Lebih dari 60 pemrotes tewas dalam pawai sejak itu, sebagian besar akibat tembakan polisi.

Ketegangan di wilayah itu tinggi setelah polisi menuduh militer membunuh tiga warga sipil tidak berdosa pada April.

Militer semula menyatakan bahwa mereka membunuh tiga gerilyawan bersenjata namun kemudian memerintahkan penyelidikan dan mulai menindak dua perwira.

Kelompok Pengawas Hak Asasi Manusia mendesak India mengadili para prajurit yang dituduh membunuh tiga warga sipil dalam bentrokan rekayasa di wilayah Kashmir yang disengketakan.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010