Tapaktuan (ANTARA News) - Kawanan gajah sumatrea (Elephas maximus Sumatranus) liar, saat ini berkeliaran di pemukiman warga gampong (desa) Pinto Rimba kecamatan Trumon Timur dan telah meresahkan masyarakat setempat .

"Selama beberapa hari terakhir kawanan gajah liar berkeliaran di pemukiman penduduk, kondisi itu mengakibatkan warga resah dan takut keluar rumah," kata Camat Trumon Timur, H Lahmuddin di Tapaktuan, Senin.

Hal tersebut disampaikan Lahmuddin seusai memberikan laporan di kantor Bupati Aceh Selatan tentang keresahan masyarakat akibat gangguan gajah liar di daerah yang berbatasan dengan kota Subulussalam itu.

Selain berkeliaran dan meresahkan masyarakat, kawanan satwa dilindungi yang diperkirakan enam ekor itu juga telah merusak puluhan hektar lahan perkebunan sawit dan palawija milik penduduk setempat.

"Gangguan gajah sudah parah, kami berharap pihak terkait untuk menanggulanginya," kata Lahmuddin.

Menurut dia, pada Kamis (25/6) hewan berbelalai itu juga menghancurkan satu unit sepeda motor milik Yusuf (38) warga desa Pinto Rimba.

"Poemeurah" itu juga dilaporkan telah merusak pipa air bersih untuk masjid An-Nur dan merobohkan puluhan pondok petani di kaki gunung bukit Barisan.

Kepala Desa Pinto Rimba, Zakaria Isa (50) didampingi tokoh masyarakat Trumon T Masrizal mengatakan dua pekan terakhir sudah dua hektar lebih lahan sawit yang dirusak gajah.

Beberapa waktu lalu, kawanan hewan berbadan besar itu juga memporak-porandakan gubuk milik Samsuddin, Santani, Bustaman dan Ilyas di desa Jambo Dalem yang berjarak sekitar tiga kilometer dari desa Pinto Rimba.

"Kami sudah tidak dapat memperkirakan kerugian materil akibat gangguan gajah liar itu dan kami hanya berharap ada perhatian dari pihak terkait untuk melakukan penanggulangan serta membantu bibit sawit agar dapat ditanami kembali," katanya.

Zakaria mengatakan upaya pengusiran secara tradisional seperti melempar bola api atau membuat api unggun dan bunyi-bunyian sudah sering dilakukan, namun belum menunjukan hasil yang didinginkan bahkan satwa dilindungi semakin mendekati pemuliman penduduk.

"Kami sudah tidak tahu berbuat apalagi untuk mengatasi gangguan gajah ini, saya khawatir warga akan berbuat anarkir terhadap satwa langka itu," katanya.
(T.KR-IRW/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010