London (ANTARA News) - Sekitar 800 orang warga kota Lailly En Val, Prancis, berbondong-bondong menyaksikan pagelaran wayang kulit Ramayana yang dipersembahkan grup wayang kulit Wilis Prabowo pimpinan Widodo dari Wonogiri, Jawa Tengah.

"Pertunjukan dilangsungkan di bawah sinar bulan purnama di pinggir telaga kota Lailly en Val," ujar Sekretaris Kedua Pensosbud KBRI Paris Agus Badrul Jamal kepada koresponden ANTARA News London, Rabu.

Dikatakannya, dari anak-anak hingga Lansia sangat terpikat bahkan enggan beranjak dari tempat pentas yang dimulai pukul 22.00 hingga melewati tengah malam.

"Hal ini antara lain dikarenakan keunikan pertunjukan wayang kulit dengan dialog berbahasa Prancis yang disisipkan sang dalang," kata Agus.

Menurut Agus, pagelaran tersebut adalah salah satu acara penutup dari kegiatan budaya grup Wilis Prabowo yang beranggotakan tujuh orang di kota Lailly en Val. Kegiatan grup tersebut telah berlangsung selama tiga pekan.

Selama tiga minggu kelompok wayang kulis Wilis Prabowo mengadakan workshop seperti pengenalan dan pelatihan wayang kulit, karawitan dan gamelan Jawa di beberapa sekolah dan panti jompo.

Kegiatan yang mendapat sambutan hangat dari warga sekitar diungkapkan para anak sekolah yang mempertunjukkan apresiasi dan kebolehannya dengan memainkan wayang kulit dan gamelan sebelum acara pagelaran wayang kulit Ramayana.

Walikota Lailly en Val, Yves Fichou beserta anggota Dewan Kota, Claude Bourdin dan Dewan Regional, Ny Agnes Quatrehomme menyampaikan apresiasinya pada acara cocktail sebagai penutupan kegiatan budaya grup wayang kulit Wilis Prabowo di Balai Kota Lailly en Val.

Mereka menyampaikan apresiasinya kepada KBRI Paris dan grup wayang kulit Wilis Prabowo yang memperkenalkan wayang kulit, karawitan dan gamelan kepada penduduk kota Lailly en Val.

Rangkaian acara penutup kegiatan budaya grup wayang kulit Wilis Prabowo diakhiri dengan Weekend Asia yang diselenggarakan di gedung serba guna kota Lailly en Val .
Dalam acara itu KBRI Paris menampilkan kuliner Indonesia seperti nasi goreng, sate, serta makanan ringan berupa pisang goreng dan lumpia dan pertunjukan tari dan musik tradisional yakni tari pendet, rantak, topeng samba, jaipong, cendrawasih, topeng pajegan serta pagelaran gamelan.

Selain itu, juga digelar workshop membatik dan membuat angklung yang menarik sekitar 200 orang pengunjung. (U-ZG/A038)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010