Surabaya (ANTARA News) - Panitia pelaksana pertandingan bulu tangkis Pekan Olahraga dan Seni Antar-Pesantren Nasional atau Pospenas 2010 di Surabaya, akhirnya mengakui banyaknya atlet nonsantri yang berlaga di ajang dua tahunan itu.

Ketua Bidang Pertandingan Bulu Tangkis Pospenas Eddyanto Sabarudin kepada wartawan di Surabaya, Jumat, mengatakan atlet bukan santri pesantren itu digunakan hampir semua kontingen daerah.

"Hampir semua daerah menggunakan atlet beneran karena saya tahu betul bahwa mereka adalah pemain-pemain klub," kata Eddyanto yang awalnya sempat bungkam terhadap masalah atlet nonsantri tersebut.

Eddyanto Sabarudin merupakan salah satu pengurus PBSI Pusat dan Jawa Timur yang mengurusi bidang pertandingan dan sering memimpin turnamen atau kejuaraan bulu tangkis nasional di berbagai daerah.

Namun, ia mengaku tidak bisa berbuat banyak, termasuk mencoret atlet nonsantri tersebut, karena tidak memiliki kewenangan.

"Kami tidak mengurusi masalah keabsahan atlet dan hanya sebagai pelaksana lapangan. Kami tahu kalau mereka bukan santri, tapi mau bagaimana lagi," tambahnya.

Sejak pertandingan nomor beregu pada Selasa (6/7) dan kini masuk nomor perorangan, tidak satu pun kontingen daerah yang melancarkan protes terhadap keberadaan atlet nonsantri tersebut.

Sebelumnya, Koordinator Tim Keabsahan Pospenas Agus Prayitno juga mengakui banyaknya atlet nonsantri yang lolos berlaga di Pospenas, karena lemahnya proses verifikasi yang dilakukan.


Bukan Atlet

Sementara itu, panitia pertandingan cabang karate dan catur menegaskan tidak ada atlet nonsantri yang berlaga di kedua cabang olahraga tersebut.

Ketua Bidang Pertandingan Karate, Yoyok, mengatakan kendati PB Forki tidak dilibatkan dalam proses keabsahan atlet, pihaknya sejak awal sudah melakukan antisipasi terhadap masalah tersebut.

"Kami hanya memberitahukan kepada seluruh kontingen, jika ada atlet nonsantri yang ikut Pospenas, mereka akan diberi sanksi tidak boleh ikut Popnas (Pekan Olahraga Pelajar Nasional) dan seleksi nasional," katanya.

Menurut dia, ancaman sanksi itu terbukti efektif karena dari seluruh peserta yang berlaga di cabang karate, panitia tidak menemukan atlet nonsantri.

"Mereka (atlet nonsantri) tidak mungkin berani ikut, karena kami punya data-data karateka," tambah mantan pelatih nasional yang juga wasit Pospenas, Willem Mantiri.

Panitia pertandingan catur juga mengeluarkan ancaman sanksi diskualifikasi kepada peserta Pospenas untuk menghindari lolosnya atlet nonsantri berlaga.

"Kami pastikan semua peserta murni dari pesantren, karena juga memiliki data lengkap dan mengenal atlet-atlet catur daerah," ujar Ketua Wasit Catur Pospenas, Japar Saragih.(*)
(T.D010/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010