Indramayu (ANTARA News) - Kenaikan sejumlah harga bahan kebutuhan bahan pokok di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, menjadi beban berat bagi warga miskin di Pantai Utara dengan penghasilan mereka yang terbatas.

Haryanto seorang penarik becak yang mangkal di Bunderan Kijang kota Indramayu, kepada wartawan, di
Indramayu, Minggu, mengungkapkan, penghasilan sebagai abang becak di kota kecil sangat terbatas dalam satu hari hanya mampu memberikan uang
belanja dapur kepada keluarganya kurang dari Rp25.000.

"Belanja dapur terpaksa dibatasi untuk menghindari hutang yang berlebihan,uang sebesar Rp25.000 perhari sudah tidak seimbang dengan kebutuhan, harga beras di Indramayu bulan lalu masih dijual Rp5000 per kilogram sekarang naik menjadi Rp6500 per kilogram, bawang merah dan bawang putih harganya terus meroket," ujarnya.

"Harga daging ayam potong di pasar kota Indramayu dijual Rp26.000 per kilogram, dirinya tidak mampu membeli padahal kedua anaknya sedang membutuhkan gizi, protein cukup untuk pertumbuhan dan kesehatannya. Apalagi menyediakan buah segar yang banyak mengandung vitamin, dirinya hanya pasrah dengan keadaan serba sulit ini," katanya.

Dikatakannya, penghasilannya setiap hari semakin sulit didapat, berbeda dengan lima tahun lalu, penumpang becak masih ada yang berlangganan seperti karyawan swasta maupun pegawagai negri, anak sekolahpun tetap menggunakan jasanya, namun saat ini kendaraan roda dua hampir dimiliki seluruh masyarakat Indramayu.

Hal serupa dikeluhkan Maulana seorang sopir angkutan kota di Indramayu, dia menuturkan, penghasilan sulit didapat sementara belanja untuk kebutuhan keluarganya semakin mahal, pendapatan dengan pengeluaran sudah tidak seimbang.

"Penghasilan sebagai sopir angkutan kota kurang dari Rp30.000 perhari, berbeda dengan tahun sebelumnya. Anak sekolah masih naik angutan kota, saat ini mereka beralih menggunakan sepeda motor mulai dari siswa Sekolah Menengah Pertama hingga Siswa Sekolah Menengah Umum. Apalagi mahasiswanya dari dulu pakai roda dua," ujarnya.

Dia menambahkan, sulitnya mencari penghasilan di Indramayu mendorong masyarakat menjadi tenaga kerja keluar negeri terutama kaum wanita muda, seperti yang terjadi di desanya mereka sudah tidak mau kesawah, hampir 90 persen berangkat menjadi pembantu di luar negeri, selain upah yang cukup tinggi pilihan jadi TKW untuk mencari pengalaman hidup dirantau.

Sementara itu Karsiem salah seorang Tenaga Kerja Wanita asal desa Lombang saat berada di desanya menuturkan, menjadi TKW pilihan utama wanita desa Lombang, karena upah yang diterima lebih menjanjikan dalam satu bulan di bayar Rp3.000.000 oleh majikannya, sedangkan penghasilan buruh tani hanya Rp12.000 per hari.

Dia menjelaskan, berangkat menjadi TKW biasanya kontrak dua tahun sekali, sekali pulang mampu membuat rumah permanen. Dirinya telah tiga kali menjalani kontrak dengan majikan di daerah Timur Tengah, penghasilan sebagai pencari Dinar cukup diandalkan oleh suami dan anak-anaknya.

"Meskipun di tempat dia bekerja jauh dengan sanak keluarga lebih baik dari pada kumpul menjadi orang miskin, saat ini mencari penghasilan di kota mangga makin sulit sedangkan kebutuhan terus meningkat," katanya.

Kepala desa Lombang Sardiana membenarkan di desanya banyak wanita muda memilih menjadi Tenaga Kerja Wanita ke daerah Timur Tengah, jarang sekali tujuan TKW ke Eropa, Jepang, Malasyia, Singapura.

"Menjadi Tenaga Kerja Wanita cukup menggiurkan sejumlah warga di desanya.Tidak semua warga yang berangkat ke TimurTengah berhasil. Ada diantaranya pulang hingga menderita ganggguan jiwa, cacat badan, namun kegagalan tersebut bukan penghalang bagi calon TKW lain untuk berangkat, mungkin sulitnya mencari penghasilan di Indramayu," tuturnya. (Ant/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010