Jakarta (ANTARA News) - Brigadir Jenderal Purnawirawan Herman Sarens Sudiro meninggal dunia sekitar di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, Minggu.

"Beliau meninggal karena penyakit komplikasi," kata Thomas Abbon, pengacara Hermans, ketika dihubungi di Jakarta.

Ia mengungkapkan, Hermans sempat satu hari dirawat di rumah sakit tersebut dan telah beberapa kali menjalani cuci darah.

Sebelumnya, Hermans memang menderita penyakit Jantung, dan gagal ginjal dan sempat pula di rawat rumah sakit Mitra Kemayoran.

Rencananya, jenazah disemayamkan di rumah Hermans di Jalan Daksa, Jakarta Selatan dan dimakamkan Senin (12/7).

Hermans kini menjadi terdakwa kasus tanah milik TNI Angkatan Darat dengan dugaan menggelapkan surat tanah tersebut. Kasus ini sempat disidang di Mahkamah Militer Tinggi DKI Jakarta. Namun Oditur Militer tidak pernah bisa menghadirkan Hermans karena penyakit komplikasinya.

Herman Sarens semasa hidupnya lebih dikenal sebagai militer dari kesatuan kavaleri, selain juga pernah menjadi diplomat, pengusaha, tokoh olahraga menembak dan berkuda, serta promotor tinju.

Ia lahir di Pandeglang, Banten, pada 24 Mei 1930. Darah militer mengalir dari ayahnya, Serma R. Soediro Wirio Soehardjo, Kepala Perlengkapan Batalyon IV, Resimen XI, Divisi II Siliwangi yang gugur di tangan tentara Belanda pada 19 Desember 1947.

Dalam olahraga tinju, Herman Sarens mendirikan Sasana Satria Kinayungan, dan ia pernah menjadi promotor tinju kelas dunia manakala menggantikan Boy Bolang menjadi prnyandang dana pertandingan Thomas Americo dari Indonesia melawan Saoul Mamby pada 1981.

Herman Sarens saat kerusuhan 1965 dikenal sebagai salah seorang perwira kavaleri TNI Angkatan Darat yang kerap berada di panser untuk mengamankan ibukota Jakarta.
(T.R018/R009)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010