Jakarta (ANTARA News) - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Andi Mappetahang Fatwa menilai tokoh Nahdlatul Ulama, Kiai Haji Idham Chalid merupakan sosok pemimpin yang langka.

"Beliau pemimpin yang sangat langka, yang pendekatannya luar biasa sehingga mampu memimpin NU selama 28 tahun," katanya saat melayat ke rumah melayat ke rumah almarhum di Pesantren Daarul Maarif, Cipete, Jakarta, Selatan.

Dia menilai Bapak Pendiri Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu sebagai tokoh yang paling terbuka dalam melayani kebutuhan umat Islam.

"Itu yang sudah langka karena banyak pemimpin yang terlalu birokratis dalam menerima tamu. Padahal setiap tamu itu membawa informasi baik maupun buruk, informasi itu sama-sama membawa manfaat," ujarnya.

Andi Mappetahang Fatwa--akrab dengan sapaan A.M. Fatwa--mengaku mengagumi gaya berpolitik Idham Chalid yang memegang teguh budaya silaturahmi.

"Beliau tidak pakai teori politik yang muluk-muluk, tapi menggunakan kultur silaturahim, yaitu setiap malam jumat berkeliling untuk bersalaman dengan kiai-kiai," tuturnya.

Pada kesempatan itu hadir pula beberapa tokoh, antara lain mantan Menteri Perindustrian Fahmi Idris, anggota Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Ali Masykur Musa, Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) A. Hafiz Anshary, mantan Wakil Presiden Hamzah Has, Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, dan Ketua Majelis Ulama Indonesia Amidhan.

Doktor K.H. Idham Chalid wafat pada Minggu pukul 08.00 WIB di rumahnya dan akan dimakamkan Senin (12/7) di Pesantren Quran Cisarua, Bogor.

Idham Chalid meninggal dunia setelah sebelumnya selama sembilan tahun mengalami stroke dan sempat mengalami serangan jantung pada 1999.

Idham Chalid lahir di Setui, dekat Kecamatan Kotabaru, bagian tenggara Kalimantan Selatan pada 27 Agustus 1922. Anak Sulung dari lima bersaudara itu meninggalkan 16 orang anak, 35 cucu, dan tujuh cicit.

Pada masa hidupnya, Idham pernah menjabat dua kali sebagai Wakil Perdana Menteri Kabinet Ali Sastroamidjojo dan Kabinet Karya (1956-1957). Pernah pula menjabat sebagai Ketua DPR RI (1971), Ketua MPR RI (1972-1978), Ketua Dewan Pertimbangan Agung (!978-1983), Anggota Tim Penasehat Presiden mengenai Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Tim P7), dan anggota dewan Pertimbangan MUI. (E014/D007)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010