Bojonegoro (ANTARA News) - Dinas Pariwisata dan Kebudayaan dan Dewan Kepurbakalaan Bojonegoro, Jawa Timur, memetakan benda cagar budaya di wilayah kerjanya.

"Pemetaan benda cagar budaya ini juga sebagai langkah mengamankan berbagai benda yang memiliki nilai sejarah yang berada di wilayah Bojonegoro," kata Kepala Bidang Pelestarian dan Pengembangan Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bojonegoro, Saptatik, Senin.

Ia menjelaskan berdasarkan Keputusan Bupati Bojonegoro, Suyoto, Nomor 188/176/KEP/412.11/2010, tertanggal 8 Juni 2010 dibentuk Dewan Keperbukalaan Bojonegoro.

Menurut dia, Dewan Kepurbakalaan melakukan pemetaan benda cagar budaya, situs-situs, benda bersejarah, dan legenda yang berkembang di masyarakat.

Dalam pemetaan tersebut sekaligus mengamankan apabila menemukan benda yang memiliki nilai sejarah yang ada di masyarakat.

Selain itu, para pengurus Dewan Kepurbakalaan juga memiliki tugas memberikan penjelasan sekaligus sebagai pemandu yang datang ke Bojonegoro untuk melakukan penelitian. Baik dari kalangan mahasiswa atau dari para peneliti dalam dan luar negeri.

"Mereka memiliki tugas sebagai pemandu peneliti yang datang ke Bojonegoro," katanya.

Ia mencontohkan di Desa Soko, Kecamatan Temayang, ada seorang dalang wanita berusia 97 tahun yang mendalang dalam rangka ruwatan. Dalang wanita itu mendalang tanpa gamelan dan hanya memanfaatkan mulutnya sebagai musik.

Saptatik mengatakan di Bojonegoro selama ini dikenal sebagai wilayah yang memiliki situs yang seringkali ditemukan benda purbakala, di antaranya situs Jawik di Desa Jawik, Kecamatan Tambakrejo, situs Mlawatan di Kecamatan Kalitidu.

Disamping sering ditemukan fosil binatang purba, juga ditemukan sejumlah benda bersejarah di era jaman Majapahit."Paling tidak dengan adanya pemetaan tersebut, keberadaan benda bersejarah dan tempat bersejarah di Bojonegoro semakin jelas," katanya

Dalam melakukan pemetaan itu, dilakukan kerja sama dengan BP3 Trowulan Mojokerto, Kementerian ESDM, Museum Geologi Bandung, serta beberapa dosen Fakultas Ilmu Bumi dan Mineral Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr Johan Arif, MT.
(T.KR-SAS/M008/P003)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010