Jakarta (ANTARA News) - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Ito Warsito, mengatakan hingga saat ini relatif masih sedikit perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mencatatkan saham (listing) di pasar modal atau go public.

"Harapan saya seluruh perusahaan BUMN listed di bursa," kata Ito di Gedung BEI, Jakarta, Selasa.

Menurut Ito di Malaysia seluruh perusahaan negara seluruhnya wajib masuk ke pasar modal. Tidak dipersoalkan apakah perusahaan itu sedang sakit atau tidak. Di Indonesia jumlah privatisasi yang dilakukan sejumlah perusahaan plat merah selama 18 tahun terakhir masih minim, yakni tak lebih dari 18 BUM.

Perusahaan BUMN yang telah masuk bursa diantaranya, Bank Mandiri (BMRI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Tabungan Negara (BBTN), Bank Negara Indonesi (BBNI), Perusahaan Gas Negara (PGAS), Aneka Tambang (ANTM), Telkom (TLKM), Pembangunan Perumahan (PTPP), Wijaya Karya (WIKA), Adhi Karya (ADHI).

"Dengan banyak BUMN yang melantai di bursa dapat menambah kapitalisasi pasar dan memperbanyak pilihan-pilihan berinvestasi untuk investor," kata dia.

Ia mengatakan, dengan menjadi perusahaan publik maka di samping perusahaan semakin transparan, asetnya juga meningkat tajam.

Ito menambahkan, perusahaan industri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memungkinkan untuk masuk bursa. UMKM Dengan nilai aset sebesar Rp5 miliar, perusahaan tersebut sudah bisa mencatatkan sahamnya di papan pengembang.

"Perusahaan UMKM relatif masih kecil yang melantai di bursa," ujarnya.

Namun begitu, perusahaan tersebut juga harus memiliki prospek yang jelas. Sehingga, saat sahamnya telah dilepas ke publik, masyarakat tidak dirugikan.

"Tidak harus membukukan laba bersih, tetapi harus ada laba operasional. Itu artinya perusahaan tersebut masih prospektif," kata Ito.
(T.KR-ZMF*B008/B012)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010