Jakarta (ANTARA News) - Pengamat pasar modal, Krisna Dwi Setiawan mengatakan, Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Indonesia kemungkinan sulit untuk bisa mencapai angka 3.000 poin, meski tinggal selangkah lagi untuk dapat ke arah sana.

Hal ini disebabkan kenaikan indeks saham blue chip Dow Jones industrial Average sudah mencapai 10.363,00 poin sedangkan batas titik psikologisnya 10.367, kurang empat poin lagi untuk ke arah sana, katanya di Jakarta, Rabu.

Krisna Dwi Setiawan yang menjabat analis sebuah perusahaan sekuritas  mengatakan, kenaikan indeks Dow Jones itu hampir mentok dan sulit untuk bisa bergerak naik.

"Karena itu saya khawatir Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak akan dapat mencapai angka 3.000 poin karena faktor positif dari eksternal akan makin melemah," katanya.

Menurut dia, laporan kinerja keuangan emiten asing di Bursa Wall Street sudah berlalu, sementara itu Presiden Amerika Serikat Barack Obama telah mengeluarkan peraturan untuk menghambat sektor finansial beraksi lebih jauh, setelah terjadi kasus Goldman Chas yang telah melakukan penipuan terhadap nasabah didukung krisis finansial global.

Meski saham sektor pertambangan, Alqoa dan teknologi, Intel memberikan laporan yang bagus atas kinerja perusahaannya namun belum memicu ekonomi AS tumbuh lebih baik, katanya.

Ekonomi Amerika Serikat, lanjut dia tumbuhnya masih belum pasti, bahkan data sektor perumahan pada Mei lalu telah mengalami kemerosotan penjualan dan data tenaga kerjanya yang kurang bagus.

Karena kenaikan indeks BEI lebih cenderung didukung faktor eksternal yang laporan memang mendorong pelaku pasar lokal melakukan aksi beli, katanya.

Menurut dia, indeks BEI sebenarnya sudah bisa mencapai angka 3.000 poin lebih bahkan mencapai 3.500 poin, apabila investasi asing dibatasi, karena investasi pelaku lokal sebenarnya sangat besar.

Karena pelaku lokal hanya ikut aktif bermain di pasar apabila asing melakukan pembelian saham, padahal dana investasi pelaku yang dimiliki saat ini sangat besar, katanya.

Hal ini, lanjut dia sebagaimana yang terjadi China, investasi asing dibatasi, hanya pelaku lokal diperbolehkan bermain saham secara besar-besaran, sehingga pengaruh asing di pasar saham China relatif kecil.

Hal ini menunjukkan bahwa bursa saham di China cenderung lebih independen, katanya.
(h-CS/A024)


Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010