Miranshah, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Sejumlah rudal AS menghancurkan sebuah kompleks bangunan yang digunakan oleh gerilyawan muslim di kawasan suku Pakistan, Kamis, menewaskan sedikitnya 10 militan dalam serangan udara pertama mereka selama dua pekan ini, kata beberapa pejabat.

Sebuah pesawat tak berawak AS menembakkan sedikitnya dua rudal ke kompleks bangunan itu, yang terletak di desa Sheerani Mada Khel di daerah Waziristan Utara, markas gerilyawan Taliban dan Al-Qaeda yang berulang kali menjadi sasaran serangan udara AS tahun ini.

"Sedikitnya 10 militan tewas," kata seorang pejabat keamanan senior yang tidak bersedia disebutkan namanya kepada AFP.

Seorang pejabat lain keamanan mengatakan bahwa 14 gerilyawan tewas ketika tiga rudal menghantam kompleks bangunan tersebut.

Daerah itu, yang berjarak 40 kilometer dari Miranshah, kota utama di Waziristan Utara, merupakan markas panglima perang Hafiz Gul Bahadur.

Ia terkenal karena mengendalikan 2.000 gerilyawan di kawasan itu yang melancarkan serangan-serangan lintas batas terhadap pasukan asing yang ditempatkan di Afghanistan.

Belum jelas apakah ada sasaran bernilai tinggi yang termasuk diantara korban tewas dalam serangan itu. Para pejabat juga belum bisa mengkonfirmasi kewarganegaraan korban-korban yang tewas.

Serangan Kamis itu merupakan gempuran pertama pesawat tak berawak AS di kawasan suku Pakistan sejak enam militan tewas di Waziristan Selatan pada 29 Juni.

Sekitar 960 orang tewas dalam lebih dari 100 serangan pesawat tak berawak di Pakistan sejak Agustus 2008, termasuk sejumlah militan senior. Namun, gempuran-tempuran itu telah mengobarkan sentimen anti-Amerika di negara muslim konservatif itu.

AS meningkatkan serangan rudal oleh pesawat tak berawak ke Waziristan Utara setelah seorang pembom bunuh diri Yordania menyerang sebuah pangkalan AS di seberang perbatasan di provinsi Khost, Afghanistan, pada akhir Desember, yang menewaskan tujuh pegawai CIA.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas gerilyawan terhadap pasukan internasional di Afghanistan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010