Tikrit, Irak (ANTARA News/AFP) - Ledakan bom mobil di kota tempat asal Saddam Hussein dan dua serangan lain menewaskan delapan orang, termasuk empat polisi, dan melukai 14 orang, Kamis, kata polisi.

Enam orang, termasuk tiga polisi, tewas dalam serangan bom mobil yang ditujukan pada pasukan patroli di pusat kota Tikrit, 160 kilometer sebelah utara Baghdad, kata Kolonel Hathem Akram, sementara 11 orang, enam diantaranya polisi, cedera.

Seorang polisi keempat tewas di Ramadi, ibukota provinsi Anbar, sebelah barat Baghdad, akibat serangan oleh orang bersenjata yang tidak dikenal, kata polisi setempat.

Di Baghdad, seorang warga sipil tewas dan tiga lain terluka ketika sebuah bom magnetis yang dipasang di sebuah mobil meledak, kata seorang pejabat kepolisian.

Serangan-serangan itu merupakan yang terakhir dari rangkaian kekerasan yang meningkat lagi di Irak dalam beberapa waktu ini.

Sehari sebelumnya, Rabu, sejumlah orang bersenjata membunuh tiga putri dan seorang cucu pemimpin Sufi di rumah mereka di daerah sebelah barat Baghdad.

"Orang-orang dengan senapan Kalashnikov dan roket anti-tank menyerang rumah dan tekiya (tempat suci Sufi) yang berdekatan pukul 10.00 (pukul 14.00 WIB)," kata Jassim al-Jumaili, walikota Amariyah, sebelah selatan bekas benteng gerilyawan Arab Sunni, Fallujah.

"Tiga anak perempuan dan cucu perempuan dari Syeikh Mohammed al-Essawi tewas," kata Jumaili kepada AFP

"Syeikh dan lima orang lain, termasuk istrinya, terluka," tambahnya.

Kelompok Sufi Kaznazani, yang populer baik di Irak maupun negara tetangganya, Iran, terkenal karena ritual dimana sejumlah pengikutnya melukai diri mereka sendiri.

Itu merupakan bagian dari persaudaraan Qadiri, kelompok terbesar di Irak, dan mereka juga terkenal karena ritual musik genderangnya.

Gerilyawan Sunni, termasuk loyalis Al-Qaeda, menganggap pengikut Sufi sebagai kaum kafir dan berulang kali menyerang mereka sejak invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.

Tepat sepekan sebelumnya, Rabu ( 7/7), serangan bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 30 peziarah Syiah Irak yang sedang dalam perjalanan menuju sebuah tempat suci dan melukai 75 orang.

Serangan itu dilakukan ketika massa peziarah hendak mencapai sebuah jembatan dimana 1.000 orang Syiah tewas dalam kekacauan berdesakan dalam acara ritual serupa pada 2005 setelah mereka mendengar desas-desus mengenai serangan bom.

Ketidakpastian politik setelah pemilihan umum 7 Maret telah menyulut peningkatan kekerasan dalam dua bulan terakhir.

Sebanyak 284 orang -- 204 warga sipil, 50 polisi dan 30 prajurit -- tewas pada Juni, kata kementerian-kementerian kesehatan, pertahanan dan dalam negeri di Baghdad kepada AFP.

Menurut data pemerintah, 337 orang tewas dalam kekerasan pada Mei.

Kekerasan di Irak mencapai puncaknya antara 2005 dan 2007, kemudian menurun tajam, dan serangan-serangan terakhir itu menandai terjadinya peningkatan.

Hampir 400 orang tewas dan lebih dari 1.000 lain cedera tahun lalu dalam serangan-serangan bom terkoordinasi di sejumlah gedung pemerintah, termasuk kementerian-kementerian keuangan, luar negeri dan kehakiman pada Agustus, Oktober dan Desember.

Pemilihan umum pada 7 Maret tidak menghasilkan pemenang yang jelas dan bisa memperdalam perpecahan sektarian di Irak, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai peningkatan kekerasan ketika para politikus berusaha berebut posisi dalam pemerintah koalisi yang baru.

Seorang jendral senior AS dalam wawancara dengan AFP beberapa waktu lalu memperingatkan, gerilyawan mungkin akan melancarkan serangan-serangan yang lebih mengejutkan seperti pemboman dahsyat di Baghdad pada 25 Oktober, menjelang pemilihan umum Maret.

Mayor Jendral John D. Johnson mengatakan bahwa meski situasi keamanan akan stabil pada pertengahan tahun ini, kekerasan bermotif politis yang bertujuan mempengaruhi bentuk pemerintah mendatang merupakan hal yang perlu dikhawatirkan.

Dua serangan bom bunuh diri menewaskan 153 orang di Baghdad pusat pada 25 Oktober.

Rangkaian serangan dan pemboman sejak pasukan AS ditarik dari kota-kota di Irak pada akhir Juni telah menimbulkan pertanyaan mengenai kemampuan pasukan keamanan Irak untuk melindungi penduduk dari serangan-serangan gerilya seperti kelompok militan Sunni Al-Qaeda. (M014/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010