Kupang (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang, Nusa Tenggara Timur Prof. Dr. Vincent Gaspersz, menilai nilai tukar rupih di Indonesia secara real setelah menghitung inflasi, semakin menurun dari tahun ke tahun.

Memang nilai tukar uang di Indonesia secara real (setelah memperhitungkan inflasi) semakin menurun dari tahun ke tahun. Sekarang ini di kota-kota besar nilai uang Rp1000 hampir tidak berarti apa-apa, katanya di Kupang, Selasa.

Ia mengatakan hal ini menanggapi kebijakan Bank Indonesia pada tanggal 1 Juni lalu, mengeluarkan uang pecahan baru dengan nominal Rp10.000 dan koin Rp1000 dan diluncurkan hari ini, Selasa (20/7) di Bandung, Jawa Barat.

Menurut Prof. Gaspersz, dampak dari penerbitan uang pecahan baru dengan nominal Rp10.000 dan koin Rp1000 akan membuat inflasi di Indonesia riilnya cukup tinggi karena nilai uang kian tergerus, meskipun Bank Indonesia memiliki alasan tersendiri dari penerbitan pecahan uang tersebut.

Ia mengatakan Bank Indonesia mengeluarkan pecahan uang tersebut pecahan Rp10.000 baru ini karena salah satunya memiliki kemiripan warna dengan Rp100.000 yang sering tertukar, sehingga Bank Indonesia mengeluarkan dengan warna yang berbeda.

"Bedanya pada Rp10.000 dulu, warnanya merah keunguan dan yang baru warnanya berubah menjadi biru muda, sehingga masyarakat tidak keliru dalam transaksi," katanya.

Selain dari pecahan Rp10.000 baru, Bank Indonesia juga mengeluarkan Rp1.000 baru dengan bentuk koin hanya bedanya yang dulu warnanya percampuran perak dan emas, sedangkan yang baru seluruhnya terbuat dari aluminium dengan gambar belakang sebuah kesenian tradisional Angklung.

Sementara katanya untuk recehan Rp500, Rp200 dan Rp100 akan berubah total menjadi berbahan perak.

Dosen Ekonomi Pasca Sarjana Unwira Kupang ini mengatakan, inflasi di Indonesia memang tinggi dibandingkan negara-negara maju seperti Amerika, Singapura, Jepang dan negara-negara Eropa lain di dunia.

Hal ini katanya, dapat dilihat dari tingkat suku bunga tabungan dan pinjaman di Indonesia yang masih tinggi dimana suku bunga tabungan sekitar 7 persen dan suku bunga pinjaman sekitar 12 persen. Apabila dibandingkan dengan suku bunga tabungan di Amerika Serikat yang hanya 0,25 persen, bahkan di Jepang, suku bunga tabungan hanya nol persen.

Artinya kata Prof Gaspersz, tingkat inflasi real dari Indonesia jauh lebih tinggi dari tingkat inflasi di negara-negara maju yang hanya berkisar dari nol persen sampai kurang dari satu persen per tahun.

Ia menyebut di Indonesia pada Juni 2010 terjadi inflasi sebesar 0,97 persen setelah mengalami inflasi 0,29 persen pada bulan Mei 2010.

Untuk Inflasi tahun kalender nasional sampai dengan bulan Juni 2010, sebesar 2,42 persen dan inflasi year on year (yoy) nasional bulan Juni 2010 sebesar 5,05 persen.
(ANT/A024)


Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010